Laporan Praktikum Kimia Organik Lemak
I. PENDAHULUAN
A.
Judul
Lemak
B.
Tujuan
Mengenal
beberapa sifat lemak
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lemak adalah
ester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak, dimana ketiga gugus
hidroksilnya dieterkan. Lemak dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar (Fessenden dan Fessenden, 1986). Lemak dan minyak adalah
senyawa lipida yang paling banyak di alam. Perbedaan antara keduanya adalah
perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu kamar, yaitu lemak berbentuk padat
sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan
karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis dan
trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Menurut Mantogomery
(1993), lemak merupakan senyawa organik yang sukar larut dalam pelarut organik
seperti eter, benzena, dan kloroform. Lemak yang merupakan kelompok ikatan
organik ini terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak).
Dalam tubuh manusia, lemak berfungsi sebagai komponen struktural membran sel,
sebagai bentuk penyimpanan energi, sebagai bahan bakar metabolik, dan sebagai
agen pengemulsi.
Lemak
adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk
kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif
terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi,
bagian dari membran sel, menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ
tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika, 2008).
Menurut
Sudarmadji (1989), lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang sangat
penting terdapat dalam makanan, karena dapat langsung dicerna dalam tubuh
manusia menjadi sumber energi. Lemak dan minyak tidak hanya dikenal sebagai
sumber makanan manusia, tapi merupakan bahan baku lilin, margarin, detergen,
kosmetik, obat-obatan, dan bahan pelumas, yang diolah dengan proses yang
berbeda.
Sifat-sifat
lemak menurut Almatsier (2002), adalah berat jenis lemak lebih rendah daripada
air, oleh karena itu air dan lemak tidak dapat bercampur sehingga lemak akan
berada di atas dan air berada dibawah. Semakin banyak mengandung asam lemak
rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, maka konsistensi lemak akan semakin cair.
Sebaliknya semakin banyak mengandung asam lemak jenuh dan rantai panjang maka
konsistensi lemak akan semakin padat. Sifat fisika lemak dan minyak adalah
tidak larut dalam air, hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus polar. Viskositas lemak dan minyak akan
bertambah dengan bertambahnya panjang rantai karbon (Deman, 1997).
Lemak
tersusun dari asam-asam lemak dan suatu polihidroksi (gliserol). Asam lemak
adalah asam karboksilat rantai panjang yang dapat mengandung ikatan rangkap
(tidak jenuh) dan jenuh. Lemak yang mengandung ikatan rangkap dinamakan minyak.
Lemak dan minyak berfungsi sebagai cadangan energi metabolit. Konsumsi lemak
tak jenuh, seperti minya kelapa sawit dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk
sabun (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Menurut
Lehninger (1998), asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang
mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak mempunyai gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan
lipid bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau belemak. Asam
lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau
jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada
berbagai kelas lipida yang berbeda, asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini
oleh hidrolisis kimia atau enzimatik.
Asam
lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai ikatan tidak jenuh (rangkap)
baik tunggal maupun ganda. Asam lemak tidak jenuh bersifat mudah rusak apabila
terkena panas. Asam lemak yang bersifat jenuh yaitu asam lemak dengan rantai
tunggal. Asam lemak jenuh biasanya terdapat dalam minyak atau lemak yang berasal
dari hewan (Moehji,1992).
Menurut
Chang (2005), lemak dan minyak adalah nama untuk senyawa dalam kelompok yang
sama, yang disebut trigliserida, yang mengandung 3 gugus ester dimana R, R’,
dan R” mewakili rantai hidrokarbon yang panjang.
Gambar 1. Struktur Trigliserida
Pada
proses pembentukannya, trigliserida merupakan proses kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Gambar 2. Pembentukan Trigliserida
Kalau
R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida sederhana (simple triglycerida) sebaliknya kalau berbeda-beda
adalah trigliserida campuran (mixet
triglycerida) (Sudarmadji, 1989).
Sabun
adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengelmusi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras, sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Menurut
Permono (2001), sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari
minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat ilmiah
sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Sabun
merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COONa+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan air. Konsep ini dapat di pahami dengan
mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).
Menurut
Naomi, dkk. (2013), sabun dihasilkan melalui reaksi saponifikasi. Saponifikasi
merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari
penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Saponifikasi
merupakan salah satu pemurnian secara fisik. Saponifikasi dilakukan dengan
menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Penambahan basa pada proses
saponifikasi akan bereaksi dengan lemak bebas membentuk sabun yang mengendap
dengan membawa serta lendir, kotoran, dan sebagian zat warna. Saponifikasi
adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak
dengan cara mereaksikan asam lemakbebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock)
(Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Sabun
membersihkan dengan bertindak sebagai emulsi. Cara kerja sabun yakni pada
bagian hidrofob (tidak mudah larut dalam air) molekul sabun masuk ke dalam
lemak, sedangkan ujungnya yang bermuatan negatif ada di bagian luar. Oleh
karena adanya gaya tolak antara muatan listrik, maka kotoran akan terpecah
menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi. Dengan demikian kotoran
mudah terlepas dari kain atau benda lain (Poedjiadi, 2005).
Menurut
Sari, dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Setelah
kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong mencucinya karena
struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang bersifat hidrofil
(senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (benci air). Rantai
hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air. Ionnya
terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Menurut
Marsidi (2001), air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn,
Ca, dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Pada air sadah, sabun menjadi kurang efektif karena salah satu bagian dari molekul sabun
diikat oleh unsur Ca/Mg.
Uji
sifat lemak terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
1. Pembuatan
garam
Sabun
merupakan suatu bahan kimia yang lazim digunakan masyarakat untuk berbagai
keperluan sehari-hari. Dilihat dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan
garam dari asam lemak yang memiliki rantai panjang. Garam ini terbentuk bila
lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali sehingga gugus ester dari lemak
tersebut dapat terkonversi menjadi gliserol dan garam asam lemak. Reaksi
pembuatan sabun yang disebut sebagai reaksi saponifikasi akan menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan produk samping berupa gliserol (Poedjiadi, 1994).
Secara kimiawi, reaksi saponifikasi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Gambar 3. Reaksi saponifikasi
2. Hidrolisa
sabun
Dengan
adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi
ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis sangat mudah
terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) (Winarno,
1992). Dengan proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim
tertentu. Dalam proses hidrolisa, lemak atau minyak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa dapat mengakibatkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 2008).
3. Emulsi
lemak
Menurut
Winarno (1984), emulsi adalah suatu disperse atau suspense suatu cairan dalam
cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling
berbaur tetapi saling antagonistic. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak
saling berbaur, tetapi saling terpisah karena mempunyai berat jenis yang
berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari buti-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua, disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri
dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam
air. Senyawa ini molekul-molekulnya, mempunyai afinitas terhadap kedua cairan
itu. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Menurut
Hart, dkk. (2003), bahwa apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak
maka akan mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukan dengan adanya
endapan (emulsi). Menurut Poedjiadi (1994), bahwa sabun digunakan sebagai bahan
pembersih kotoran terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun
dapat mengemulsikan lemak atau minyak.
4. Ketidakjenuhan
lemak
Reagensia
permanganat merupakan uji bayer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak
diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika
reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2
coklat (Fessenden dan Fessenden, 1982). Pada uji bayer ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangnya
warna ungu dari larutan kalium permanganat (Wilbraham, 1992).
5. Pembuatan
asam minyak
Pada
proses pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk
dari pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu. Misalnya saja dengan
menambahkan larutan asam klorida yang merupakan larutan asam kuat. Beda halnya
dengan minyak yang berwujud cair, asam minyak memiliki wujud yng berupa
padatan, sehingga asam minyak dapat dengan mudah dibedakan dari minyak
berdasarkan identifikasi penampakannya. Pada proses pembuatan asam minyak akan
dihasilkan pula suatu produk sampingan berupa garam (Hadi dan Purba, 1991).
III.
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat :
|
Bahan :
|
1.
Tabung reaksi
|
1.
Larutan CH3COOH 5%
|
2.
Rak tabung reaksi
|
2.
Larutan CaCl2 1%
|
3.
Pipet tetes
|
3.
Larutan MgSO4 1%
|
4.
Pro pipet
|
4.
Larutan Pb asetat 1%
|
5.
Pipet ukur
|
5.
Larutan sabun
|
6.
Vortex
|
6.
Aquades
|
7.
Gelas beker
|
7.
Indikator Phenolphtalein
|
8.
Plat tetes
|
8.
Minyak
|
9.
Gelas ukur
|
9.
Larutan Eter
|
10.
Indikator universal
|
10.
Larutan KMnO4 0,1 N
|
11.
Gelas pengaduk
|
11.
HCl pekat
|
|
12.
Kertas lakmus
|
|
13.
Kertas label
|
B.
Cara
Kerja
1. Pembentukan
garam
Larutan
sabun diambil sebanyak 30 ml lalu dimasukkan ke dalam gelas beker. pH pada
larutan sabun diperiksa dengan kertas lakmus. Jika pH pada larutan sabun sudah
netral, maka larutan sabung langsung dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi sama
rata. Apabila pH larutan sabun belum netral, maka larutan sabun ditambah
larutan CH3COOH 5% sampai pH nya netral.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Larutan sabun sebanyak 5
ml dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi. Pada tabung pertama, larutan
sabun ditambah 7 tetes larutan CaCl2 1%. Tabung kedua, ditambah 7
tetes larutan MgSO4 1%. Tabung ketiga ditambah 7 tetes Pb asetat 1%.
Perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan diamati.
2. Hidrolisa
sabun
Larutan
sabun sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5
ml aquades dan ditambah indikator PP sebanyak 3 tetes. Tabung reaksi divortex.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
3. Sifat
emulsi lemak
Pada
tabung reaksi pertama, ditambah aquades sebanyak 2 ml dan ditambah 5 tetes
minyak lalu didiamkan. Pada tabung reaksi kedua, ditambah 2 ml aquades kemudian
ditambah 5 tetes minyak dan ditambah 2 ml larutan sabun lalu didiamkan.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
4. Sifat
ketidakjenuhan lemak
Minyak
sebanyak 2 ml dan larutan eter sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu tabung reaksi divortex. Setelah divortex, ditambahkan larutan KMnO4
0,1 N sebanyak 3 tetes. Perubahan pada larutan diamati.
5. Pembuatan
asam minyak
Larutan
sabun sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi. Kemudian ditambah larutan HCl
pekat sebanyak 3 ml. Tabung reaksi divortex lalu didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan percobaan
pembentukan garam yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 1.
LARUTAN
|
WARNA
|
ENDAPAN GARAM
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
||
CaCl2
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+++
|
MgSO4
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+
|
Pb
asetat
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
++
|
Berdasarkan percobaan
hidrolisa sabun yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 2.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
phenolphtalein
|
Bening
|
Ungu.
Ada buih warna putih
|
Berdasarkan percobaan
ketidakjenuhan lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 3.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
KMnO4
|
Bening
kekuningan
|
Bening
kekuningan. Ada endapan cokelat.
|
Berdasarkan pecobaan
emulsi lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 4.
MINYAK
|
WARNA
|
EMULSI
|
KETERANGAN
|
1. Aquades
2 ml + 5 tetes minyak
|
Bening
|
Ada
|
Ada
emulsi, bentuk cekung
|
2.
Aquades 2 ml + 5 tetes minyak + 2
ml larutan sabun
|
Putih
keruh
|
Ada
|
Ada
emulsi sedikit, bentuk menggumpal
|
Berdasarkan
percobaan pembuatan asam minyak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada tabel 5.
LARUTAN
|
WARNA
|
KETERANGAN
|
Sabun
+ HCl pekat
|
Putih
keruh
|
Terbentuk
2 lapisan
|
B.
Pembahasan
Percobaan
pembentukan garam adalah percobaan pertama yang dilakukan. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi pembentukan garam. Langkah pertama
yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan sabun dimasukkan ke gelas beker
lalu pH larutan sabun ditentukan dengan kertas lakmus. Apabila larutan sabun
belum mencapai pH netral, maka langkah selanjutnya ditambahkan larutan CH3COOH
sedikit demi sedikit hingga pH menjadi netral. Tujuan dari penambahan CH3COOH
yaitu untuk menetralkan larutan sabun yang bersifat basa. Pencampuran larutan
sabun dengan asam asetat (CH3COOH) dilakukan karena garam akan
bercampur dengan larutan yang bersifat non-polar. Larutan sabun dengan pH
netral diperlukan supaya tidak mengganggu reaksi pembentukan garam.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Pada tabung reaksi
pertama ditambahkan CaCl2 1%, tabung kedua ditambah MgSO4 1% dan tabung ketiga
ditambahkan Pb asetat 1%. Fungsi dari ketiga larutan tersebut yaitu sebagai
larutan pembentuk garam yang berfungsi mengekstrasi asam lemak pada larutan
sabun.
Sebelum ditetesi
CaCl2 1% sebanyak 7 tetes, larutan berwarna putih keruh. Setelah
ditetesi CaCl2 1% warna larutan tetap putih keruh. Setelah larutan
didiamkan, terdapat endapan garam yang banyak (+++). Endapan berasal dari pembentukan ikatan Ca+ dengan
larutan sabun. Endapan yang terbentuk pada tabung reaksi pertama menunjukkan
adanya pembentukan garam. Reaksi yang terjadi adalah:
2C17H35COONa +
CaCl2 2
NaCl + Ca (C17H35COO)2
Pada
tabung reaksi kedua, sebelum ditetesi 7 tetes larutan MgSO4 1 %
larutan berwarna putih keruh. Setelah ditetesi larutan MgSO4 larutan
tidak berubah warna dan terbentuk endapan yang sedikit (+) dibandingkan dengan
kedua larutan lainnya. Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa + MgSO4 Na2SO4
+ Mg(C17H35COO)2
Pada tabung reaksi ketiga,
sebelum ditetesi 7 tetes larutan Pb asetat 1% larutan berwarna putih keruh.
Setelah ditetesi larutan Pb asetat 1% tetap berwarna putih keruh dan terbentuk
endapan yang sedang (++). Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa
+ Pb(CH3COOH)2 2CH3COONa+Pb(C17H35COO)2
Ketika
menambahkan 7 tetes larutan CaCl2, MgSO4, dan Pb asetat
endapan yang terbentuk di ketiga tabung reaksi belum terlalu terlihat. Tetapi
ketika ditambah kembali 7 tetes CaCl2, MgSO4, dan Pb
asetat lalu divortex, endapan baru jelas terlihat.
Diantara
ketiga tabung reaksi, yang paling banyak menghasilkan endapan adalah tabung
reaksi yang ditetesi larutan CaCl2. Endapan yang terbentuk
mengindikasi kelarutannya. Semakin banyak endapannya maka semakin rendah kelarutannya,
begitu pula sebaliknya. Tabung didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan
bertujuan agar larutan dapat bereaksi dengan baik.
Percobaan
kedua adalah hidrolisa sabun. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses
hidrolisa sabun. Fungsi dari penambahan akuades ini adalah sebagai pelarut
polar yang memisahkan antara air sabun dan lemak yang terlarut di dalamnya, dapat
memutuskan ikatan rangkap, membuat larutan sabun semakin tidak jenuh serta
sebagai pengencer. Fungsi dari indikator phenolphtalein (PP) yaitu sebagai
indikator untuk membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa atau tidak.
Sebelum larutan ditambah indikator PP,
larutan berwarna bening. Setelah ditambah indikator PP dan divortex,
larutan berubah warna menjadi ungu dan muncul buih berwarna putih. Dengan
munculnya warna pink, artinya terdapat basa dalam larutan (Day dan Underwood,
1989). Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan dengan
vortex yang bertujuan agar larutan yang terdapat di dalam tabung reaksi tercampur
secara merata dan larutan dapat berubah warna secara sempurna. Reaksi yang
terjadi adalah :
RCOONa + H2O RCOO-
+ NaOH
RCOO + H2O RCOOH + OH-
(Lemak) (basa)
Percobaan
ketiga adalah ketidakjenuhan lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat ketidakjenuhan lemak. Larutan yang digunakan pada percobaan ini adalah
eter, KMnO4, minyak. Fungsi dari larutan eter yaitu sebagai pelarut non-polar
untuk melarutkan minyak. Fungsi penambahan KMnO4 adalah untuk
oksidator yang memecah ikatan rangkap lemak (lemak tak jenuh) menjadi ikatan
tunggal (asam lemak jenuh).
Larutan pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sebelum ditambah KMnO4 berwarna
bening kekuningan. Setelah ditambah KMnO4 tetap berwarna bening
kekuningan dan terdapat endapan berwarna cokelat. Endapan tersebut adalah MnO2
sebagai indikasi adanya sifat ketidakjenuhan lemak, karena dari ikatan tak
jenuh mampu dioksidasi oleh KMnO4 menjadi ikatan tunggal yang
menghasilkan MnO4. Selain itu fungsi dari pengocokan yang dilakukan
dengan vortex agar larutan benar-benar bercampur, sehingga minyak terlarut
dalam eter. Reaksi yang terjadi adalah:
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH CH3(CH2)7CH-CH(CH2)7COOH
CH
CH
Pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sudah sesuai dengan teori. Karena, menurut
Fessenden dan Fessenden (1982), reagensia permanganat merupakan uji bayer untuk
ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4)
berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan
MnO2 coklat.
Percobaan
yang keempat adalah emulsi lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat emulsi lemak. Untuk mengetahui sifat emulsi lemak larutan yang dibutuhkan
adalah minyak, aquades, dan larutan sabun. Fungsi dari larutan sabung yaitu
sebagai emulsifier. Menurut Sari dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran
dan minyak. Setelah kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong
mencucinya karena struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang
bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik
(benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut
dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Pada tabung
reaksi pertama yang berisi aquades sebanyak 2 ml dan 5 tetes minyak sebelum didiamkan
berwarna bening. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi
yang berbentuk cekung. Pada tabung reaksi kedua yang berisi aquades sebanyak 2
ml, 5 tetes minyak, dan 2 ml larutan sabun sebelum didiamkan larutan berwarna
putih keruh. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi yang
sedikit dan bentuknya menggumpal. Reaksi yang terjadi adalah:
C17H35COO-
+ OH- C17H35COOH
+ OH-
Percobaan yang kelima adalah pembuatan
asam minyak. Larutan yang digunakan adalah larutan sabun dan HCl pekat. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembutan asam minyak. Penambahan lautan
HCl pekat ini bertujuan untuk memisahkan minyak dengan sabun atau untuk
memutuskan ikatan rangkap pada asam minyak. Ion Cl- dari HCl akan
berikatan dengan ion Na+ dari larutan sabun. Pengocokan dengan
vortex bertujuan untuk menghomogenkan larutan supaya rantai rangkap asam minyak
benar-benar putus, selain itu untuk membebaskan asam-asam lemak dari
garam-garamnya. Setelah divortex, pada larutan akan terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas merupakan lemak yang teremulsi dan lapisan bawah adalah larutan
HCl. Pendiaman larutan selama beberapa saat bertujuan agar larutan membentuk emulsi
yang nantinya akan terlihat. Saat sabun ditambah asam kuat akan menghasilkan
asam lemak dan garam. Reaksi kimianya adalah :
C17H35COONa
+ HCl 2C17H35COOH
+ NaCl
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan Lemak yang
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dilihat
dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan garam dari asam lemak yang memiliki
rantai panjang. Garam ini terbentuk bila lemak atau minyak dipanaskan dengan
alkali sehingga gugus ester dari lemak tersebut dapat terkonversi menjadi
gliserol dan garam asam lemak.
2. Dengan
proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses
ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim tertentu.
3. Apabila
pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan
sempurna yang ditunjukan dengan adanya endapan (emulsi). Lemak dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier. Hal ini dibuktikan dengan percobaan, dimana lemak hanya dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier.
4. Ketidakjenuhan
lemak diujikan melalui percobaan, dimana membentuk endapan MnO2 yang
merupakan indikasi adanya asam leak menjadi jenuh dengan ikatan tunggal.
5. Proses
pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk dari
pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, R. 2004.
Kimia Lingkungan Edisi 1. Andi
Offset, Yogyakarta.
Almatsier, S,
2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Day,
R.A. dan Underwood, A.L. 1989. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Deman, J.M.,
1997, Kimia Makanan. Penerbit ITB,
Bandung.
Fessenden,
R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia
Organik Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Fessenden,
R. J dan J. S. Fessenden. 1986. Kimia
Organik. Erlangga, Jakarta
Hadi, S., dan
Purba, M. 1991. Ilmu Kimia Karbon.
Erlangga, Jakarta.
Hart,
H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia
Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.
Ketaren,
S. 2008 . Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lehninger.1998.
Dasar-dasar Biokimia. Erlangga,
Jakarta.
Mantogomery,
R. 1993. Biokimia. UGM Press
Yogyakarta.
Marsidi,
R. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan. 2(1):1-10.
Moehji,
S. 1992. Ilmu Gizi. Bhratara,
Jakarta.
Naomi,
P., Gaol, A.M.L., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng
Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal
Teknik Kimia. 19(2):42-48.
Permono,
A. 2001. Pembuatan Sabun Mandi Padat.
Swadaya, Jakarta.
Poedjiadi, A.
1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press,
Jakarta.
Poedjiadi,
A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat.
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sari,
T.I., Kasih, J.P., dan Sari, T.J.N. 2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia.
17(1):28-33.
Sartika,
R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh , Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans
terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 2(4):154-160.
Sudarmadji,
S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Suhardjo.,
Kusharto, C.M. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu
Gizi. Kanisius, Yogyakarta.
Wilbraham,
C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Penerbit ITB, Bandung.
Winarno,
F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G.
1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta
Zulkifli,
M., dan Estiasih, T. 2014. Sabun dari Salisilat Asam Lemak Minyak Sawit: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
2(4):170-177.
LAMPIRAN
Gambar
1. Hasil uji pembuatan garam (CaCl2) Gambar 2. Pembuatan garam (Pb asetat)
Gambar
3. Hasil uji pembuatan garam MgSO4 Gambar 4. Pembuatan asam
minyak
Gambar
4. Hidrolisa sabun setelah ditambah PP dan vortex.
A.
Judul
Lemak
B.
Tujuan
Mengenal
beberapa sifat lemak
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lemak adalah
ester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak, dimana ketiga gugus
hidroksilnya dieterkan. Lemak dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar (Fessenden dan Fessenden, 1986). Lemak dan minyak adalah
senyawa lipida yang paling banyak di alam. Perbedaan antara keduanya adalah
perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu kamar, yaitu lemak berbentuk padat
sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan
karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis dan
trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Menurut Mantogomery
(1993), lemak merupakan senyawa organik yang sukar larut dalam pelarut organik
seperti eter, benzena, dan kloroform. Lemak yang merupakan kelompok ikatan
organik ini terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak).
Dalam tubuh manusia, lemak berfungsi sebagai komponen struktural membran sel,
sebagai bentuk penyimpanan energi, sebagai bahan bakar metabolik, dan sebagai
agen pengemulsi.
Lemak
adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk
kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif
terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi,
bagian dari membran sel, menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ
tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika, 2008).
Menurut
Sudarmadji (1989), lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang sangat
penting terdapat dalam makanan, karena dapat langsung dicerna dalam tubuh
manusia menjadi sumber energi. Lemak dan minyak tidak hanya dikenal sebagai
sumber makanan manusia, tapi merupakan bahan baku lilin, margarin, detergen,
kosmetik, obat-obatan, dan bahan pelumas, yang diolah dengan proses yang
berbeda.
Sifat-sifat
lemak menurut Almatsier (2002), adalah berat jenis lemak lebih rendah daripada
air, oleh karena itu air dan lemak tidak dapat bercampur sehingga lemak akan
berada di atas dan air berada dibawah. Semakin banyak mengandung asam lemak
rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, maka konsistensi lemak akan semakin cair.
Sebaliknya semakin banyak mengandung asam lemak jenuh dan rantai panjang maka
konsistensi lemak akan semakin padat. Sifat fisika lemak dan minyak adalah
tidak larut dalam air, hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus polar. Viskositas lemak dan minyak akan
bertambah dengan bertambahnya panjang rantai karbon (Deman, 1997).
Lemak
tersusun dari asam-asam lemak dan suatu polihidroksi (gliserol). Asam lemak
adalah asam karboksilat rantai panjang yang dapat mengandung ikatan rangkap
(tidak jenuh) dan jenuh. Lemak yang mengandung ikatan rangkap dinamakan minyak.
Lemak dan minyak berfungsi sebagai cadangan energi metabolit. Konsumsi lemak
tak jenuh, seperti minya kelapa sawit dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk
sabun (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Menurut
Lehninger (1998), asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang
mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak mempunyai gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan
lipid bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau belemak. Asam
lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau
jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada
berbagai kelas lipida yang berbeda, asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini
oleh hidrolisis kimia atau enzimatik.
Asam
lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai ikatan tidak jenuh (rangkap)
baik tunggal maupun ganda. Asam lemak tidak jenuh bersifat mudah rusak apabila
terkena panas. Asam lemak yang bersifat jenuh yaitu asam lemak dengan rantai
tunggal. Asam lemak jenuh biasanya terdapat dalam minyak atau lemak yang berasal
dari hewan (Moehji,1992).
Menurut
Chang (2005), lemak dan minyak adalah nama untuk senyawa dalam kelompok yang
sama, yang disebut trigliserida, yang mengandung 3 gugus ester dimana R, R’,
dan R” mewakili rantai hidrokarbon yang panjang.
Gambar 1. Struktur Trigliserida
Pada
proses pembentukannya, trigliserida merupakan proses kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Gambar 2. Pembentukan Trigliserida
Kalau
R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida sederhana (simple triglycerida) sebaliknya kalau berbeda-beda
adalah trigliserida campuran (mixet
triglycerida) (Sudarmadji, 1989).
Sabun
adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengelmusi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras, sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Menurut
Permono (2001), sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari
minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat ilmiah
sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Sabun
merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COONa+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan air. Konsep ini dapat di pahami dengan
mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).
Menurut
Naomi, dkk. (2013), sabun dihasilkan melalui reaksi saponifikasi. Saponifikasi
merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari
penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Saponifikasi
merupakan salah satu pemurnian secara fisik. Saponifikasi dilakukan dengan
menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Penambahan basa pada proses
saponifikasi akan bereaksi dengan lemak bebas membentuk sabun yang mengendap
dengan membawa serta lendir, kotoran, dan sebagian zat warna. Saponifikasi
adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak
dengan cara mereaksikan asam lemakbebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock)
(Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Sabun
membersihkan dengan bertindak sebagai emulsi. Cara kerja sabun yakni pada
bagian hidrofob (tidak mudah larut dalam air) molekul sabun masuk ke dalam
lemak, sedangkan ujungnya yang bermuatan negatif ada di bagian luar. Oleh
karena adanya gaya tolak antara muatan listrik, maka kotoran akan terpecah
menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi. Dengan demikian kotoran
mudah terlepas dari kain atau benda lain (Poedjiadi, 2005).
Menurut
Sari, dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Setelah
kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong mencucinya karena
struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang bersifat hidrofil
(senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (benci air). Rantai
hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air. Ionnya
terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Menurut
Marsidi (2001), air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn,
Ca, dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Pada air sadah, sabun menjadi kurang efektif karena salah satu bagian dari molekul sabun
diikat oleh unsur Ca/Mg.
Uji
sifat lemak terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
1. Pembuatan
garam
Sabun
merupakan suatu bahan kimia yang lazim digunakan masyarakat untuk berbagai
keperluan sehari-hari. Dilihat dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan
garam dari asam lemak yang memiliki rantai panjang. Garam ini terbentuk bila
lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali sehingga gugus ester dari lemak
tersebut dapat terkonversi menjadi gliserol dan garam asam lemak. Reaksi
pembuatan sabun yang disebut sebagai reaksi saponifikasi akan menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan produk samping berupa gliserol (Poedjiadi, 1994).
Secara kimiawi, reaksi saponifikasi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Gambar 3. Reaksi saponifikasi
2. Hidrolisa
sabun
Dengan
adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi
ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis sangat mudah
terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) (Winarno,
1992). Dengan proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim
tertentu. Dalam proses hidrolisa, lemak atau minyak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa dapat mengakibatkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 2008).
3. Emulsi
lemak
Menurut
Winarno (1984), emulsi adalah suatu disperse atau suspense suatu cairan dalam
cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling
berbaur tetapi saling antagonistic. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak
saling berbaur, tetapi saling terpisah karena mempunyai berat jenis yang
berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari buti-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua, disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri
dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam
air. Senyawa ini molekul-molekulnya, mempunyai afinitas terhadap kedua cairan
itu. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Menurut
Hart, dkk. (2003), bahwa apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak
maka akan mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukan dengan adanya
endapan (emulsi). Menurut Poedjiadi (1994), bahwa sabun digunakan sebagai bahan
pembersih kotoran terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun
dapat mengemulsikan lemak atau minyak.
4. Ketidakjenuhan
lemak
Reagensia
permanganat merupakan uji bayer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak
diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika
reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2
coklat (Fessenden dan Fessenden, 1982). Pada uji bayer ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangnya
warna ungu dari larutan kalium permanganat (Wilbraham, 1992).
5. Pembuatan
asam minyak
Pada
proses pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk
dari pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu. Misalnya saja dengan
menambahkan larutan asam klorida yang merupakan larutan asam kuat. Beda halnya
dengan minyak yang berwujud cair, asam minyak memiliki wujud yng berupa
padatan, sehingga asam minyak dapat dengan mudah dibedakan dari minyak
berdasarkan identifikasi penampakannya. Pada proses pembuatan asam minyak akan
dihasilkan pula suatu produk sampingan berupa garam (Hadi dan Purba, 1991).
III.
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat :
|
Bahan :
|
1.
Tabung reaksi
|
1.
Larutan CH3COOH 5%
|
2.
Rak tabung reaksi
|
2.
Larutan CaCl2 1%
|
3.
Pipet tetes
|
3.
Larutan MgSO4 1%
|
4.
Pro pipet
|
4.
Larutan Pb asetat 1%
|
5.
Pipet ukur
|
5.
Larutan sabun
|
6.
Vortex
|
6.
Aquades
|
7.
Gelas beker
|
7.
Indikator Phenolphtalein
|
8.
Plat tetes
|
8.
Minyak
|
9.
Gelas ukur
|
9.
Larutan Eter
|
10.
Indikator universal
|
10.
Larutan KMnO4 0,1 N
|
11.
Gelas pengaduk
|
11.
HCl pekat
|
|
12.
Kertas lakmus
|
|
13.
Kertas label
|
B.
Cara
Kerja
1. Pembentukan
garam
Larutan
sabun diambil sebanyak 30 ml lalu dimasukkan ke dalam gelas beker. pH pada
larutan sabun diperiksa dengan kertas lakmus. Jika pH pada larutan sabun sudah
netral, maka larutan sabung langsung dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi sama
rata. Apabila pH larutan sabun belum netral, maka larutan sabun ditambah
larutan CH3COOH 5% sampai pH nya netral.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Larutan sabun sebanyak 5
ml dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi. Pada tabung pertama, larutan
sabun ditambah 7 tetes larutan CaCl2 1%. Tabung kedua, ditambah 7
tetes larutan MgSO4 1%. Tabung ketiga ditambah 7 tetes Pb asetat 1%.
Perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan diamati.
2. Hidrolisa
sabun
Larutan
sabun sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5
ml aquades dan ditambah indikator PP sebanyak 3 tetes. Tabung reaksi divortex.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
3. Sifat
emulsi lemak
Pada
tabung reaksi pertama, ditambah aquades sebanyak 2 ml dan ditambah 5 tetes
minyak lalu didiamkan. Pada tabung reaksi kedua, ditambah 2 ml aquades kemudian
ditambah 5 tetes minyak dan ditambah 2 ml larutan sabun lalu didiamkan.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
4. Sifat
ketidakjenuhan lemak
Minyak
sebanyak 2 ml dan larutan eter sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu tabung reaksi divortex. Setelah divortex, ditambahkan larutan KMnO4
0,1 N sebanyak 3 tetes. Perubahan pada larutan diamati.
5. Pembuatan
asam minyak
Larutan
sabun sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi. Kemudian ditambah larutan HCl
pekat sebanyak 3 ml. Tabung reaksi divortex lalu didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan percobaan
pembentukan garam yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 1.
LARUTAN
|
WARNA
|
ENDAPAN GARAM
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
||
CaCl2
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+++
|
MgSO4
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+
|
Pb
asetat
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
++
|
Berdasarkan percobaan
hidrolisa sabun yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 2.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
phenolphtalein
|
Bening
|
Ungu.
Ada buih warna putih
|
Berdasarkan percobaan
ketidakjenuhan lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 3.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
KMnO4
|
Bening
kekuningan
|
Bening
kekuningan. Ada endapan cokelat.
|
Berdasarkan pecobaan
emulsi lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 4.
MINYAK
|
WARNA
|
EMULSI
|
KETERANGAN
|
1. Aquades
2 ml + 5 tetes minyak
|
Bening
|
Ada
|
Ada
emulsi, bentuk cekung
|
2.
Aquades 2 ml + 5 tetes minyak + 2
ml larutan sabun
|
Putih
keruh
|
Ada
|
Ada
emulsi sedikit, bentuk menggumpal
|
Berdasarkan
percobaan pembuatan asam minyak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada tabel 5.
LARUTAN
|
WARNA
|
KETERANGAN
|
Sabun
+ HCl pekat
|
Putih
keruh
|
Terbentuk
2 lapisan
|
B.
Pembahasan
Percobaan
pembentukan garam adalah percobaan pertama yang dilakukan. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi pembentukan garam. Langkah pertama
yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan sabun dimasukkan ke gelas beker
lalu pH larutan sabun ditentukan dengan kertas lakmus. Apabila larutan sabun
belum mencapai pH netral, maka langkah selanjutnya ditambahkan larutan CH3COOH
sedikit demi sedikit hingga pH menjadi netral. Tujuan dari penambahan CH3COOH
yaitu untuk menetralkan larutan sabun yang bersifat basa. Pencampuran larutan
sabun dengan asam asetat (CH3COOH) dilakukan karena garam akan
bercampur dengan larutan yang bersifat non-polar. Larutan sabun dengan pH
netral diperlukan supaya tidak mengganggu reaksi pembentukan garam.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Pada tabung reaksi
pertama ditambahkan CaCl2 1%, tabung kedua ditambah MgSO4 1% dan tabung ketiga
ditambahkan Pb asetat 1%. Fungsi dari ketiga larutan tersebut yaitu sebagai
larutan pembentuk garam yang berfungsi mengekstrasi asam lemak pada larutan
sabun.
Sebelum ditetesi
CaCl2 1% sebanyak 7 tetes, larutan berwarna putih keruh. Setelah
ditetesi CaCl2 1% warna larutan tetap putih keruh. Setelah larutan
didiamkan, terdapat endapan garam yang banyak (+++). Endapan berasal dari pembentukan ikatan Ca+ dengan
larutan sabun. Endapan yang terbentuk pada tabung reaksi pertama menunjukkan
adanya pembentukan garam. Reaksi yang terjadi adalah:
2C17H35COONa +
CaCl2 2
NaCl + Ca (C17H35COO)2
Pada
tabung reaksi kedua, sebelum ditetesi 7 tetes larutan MgSO4 1 %
larutan berwarna putih keruh. Setelah ditetesi larutan MgSO4 larutan
tidak berubah warna dan terbentuk endapan yang sedikit (+) dibandingkan dengan
kedua larutan lainnya. Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa + MgSO4 Na2SO4
+ Mg(C17H35COO)2
Pada tabung reaksi ketiga,
sebelum ditetesi 7 tetes larutan Pb asetat 1% larutan berwarna putih keruh.
Setelah ditetesi larutan Pb asetat 1% tetap berwarna putih keruh dan terbentuk
endapan yang sedang (++). Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa
+ Pb(CH3COOH)2 2CH3COONa+Pb(C17H35COO)2
Ketika
menambahkan 7 tetes larutan CaCl2, MgSO4, dan Pb asetat
endapan yang terbentuk di ketiga tabung reaksi belum terlalu terlihat. Tetapi
ketika ditambah kembali 7 tetes CaCl2, MgSO4, dan Pb
asetat lalu divortex, endapan baru jelas terlihat.
Diantara
ketiga tabung reaksi, yang paling banyak menghasilkan endapan adalah tabung
reaksi yang ditetesi larutan CaCl2. Endapan yang terbentuk
mengindikasi kelarutannya. Semakin banyak endapannya maka semakin rendah kelarutannya,
begitu pula sebaliknya. Tabung didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan
bertujuan agar larutan dapat bereaksi dengan baik.
Percobaan
kedua adalah hidrolisa sabun. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses
hidrolisa sabun. Fungsi dari penambahan akuades ini adalah sebagai pelarut
polar yang memisahkan antara air sabun dan lemak yang terlarut di dalamnya, dapat
memutuskan ikatan rangkap, membuat larutan sabun semakin tidak jenuh serta
sebagai pengencer. Fungsi dari indikator phenolphtalein (PP) yaitu sebagai
indikator untuk membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa atau tidak.
Sebelum larutan ditambah indikator PP,
larutan berwarna bening. Setelah ditambah indikator PP dan divortex,
larutan berubah warna menjadi ungu dan muncul buih berwarna putih. Dengan
munculnya warna pink, artinya terdapat basa dalam larutan (Day dan Underwood,
1989). Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan dengan
vortex yang bertujuan agar larutan yang terdapat di dalam tabung reaksi tercampur
secara merata dan larutan dapat berubah warna secara sempurna. Reaksi yang
terjadi adalah :
RCOONa + H2O RCOO-
+ NaOH
RCOO + H2O RCOOH + OH-
(Lemak) (basa)
Percobaan
ketiga adalah ketidakjenuhan lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat ketidakjenuhan lemak. Larutan yang digunakan pada percobaan ini adalah
eter, KMnO4, minyak. Fungsi dari larutan eter yaitu sebagai pelarut non-polar
untuk melarutkan minyak. Fungsi penambahan KMnO4 adalah untuk
oksidator yang memecah ikatan rangkap lemak (lemak tak jenuh) menjadi ikatan
tunggal (asam lemak jenuh).
Larutan pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sebelum ditambah KMnO4 berwarna
bening kekuningan. Setelah ditambah KMnO4 tetap berwarna bening
kekuningan dan terdapat endapan berwarna cokelat. Endapan tersebut adalah MnO2
sebagai indikasi adanya sifat ketidakjenuhan lemak, karena dari ikatan tak
jenuh mampu dioksidasi oleh KMnO4 menjadi ikatan tunggal yang
menghasilkan MnO4. Selain itu fungsi dari pengocokan yang dilakukan
dengan vortex agar larutan benar-benar bercampur, sehingga minyak terlarut
dalam eter. Reaksi yang terjadi adalah:
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH CH3(CH2)7CH-CH(CH2)7COOH
CH
CH
Pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sudah sesuai dengan teori. Karena, menurut
Fessenden dan Fessenden (1982), reagensia permanganat merupakan uji bayer untuk
ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4)
berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan
MnO2 coklat.
Percobaan
yang keempat adalah emulsi lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat emulsi lemak. Untuk mengetahui sifat emulsi lemak larutan yang dibutuhkan
adalah minyak, aquades, dan larutan sabun. Fungsi dari larutan sabung yaitu
sebagai emulsifier. Menurut Sari dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran
dan minyak. Setelah kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong
mencucinya karena struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang
bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik
(benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut
dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Pada tabung
reaksi pertama yang berisi aquades sebanyak 2 ml dan 5 tetes minyak sebelum didiamkan
berwarna bening. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi
yang berbentuk cekung. Pada tabung reaksi kedua yang berisi aquades sebanyak 2
ml, 5 tetes minyak, dan 2 ml larutan sabun sebelum didiamkan larutan berwarna
putih keruh. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi yang
sedikit dan bentuknya menggumpal. Reaksi yang terjadi adalah:
C17H35COO-
+ OH- C17H35COOH
+ OH-
Percobaan yang kelima adalah pembuatan
asam minyak. Larutan yang digunakan adalah larutan sabun dan HCl pekat. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembutan asam minyak. Penambahan lautan
HCl pekat ini bertujuan untuk memisahkan minyak dengan sabun atau untuk
memutuskan ikatan rangkap pada asam minyak. Ion Cl- dari HCl akan
berikatan dengan ion Na+ dari larutan sabun. Pengocokan dengan
vortex bertujuan untuk menghomogenkan larutan supaya rantai rangkap asam minyak
benar-benar putus, selain itu untuk membebaskan asam-asam lemak dari
garam-garamnya. Setelah divortex, pada larutan akan terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas merupakan lemak yang teremulsi dan lapisan bawah adalah larutan
HCl. Pendiaman larutan selama beberapa saat bertujuan agar larutan membentuk emulsi
yang nantinya akan terlihat. Saat sabun ditambah asam kuat akan menghasilkan
asam lemak dan garam. Reaksi kimianya adalah :
C17H35COONa
+ HCl 2C17H35COOH
+ NaCl
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan Lemak yang
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dilihat
dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan garam dari asam lemak yang memiliki
rantai panjang. Garam ini terbentuk bila lemak atau minyak dipanaskan dengan
alkali sehingga gugus ester dari lemak tersebut dapat terkonversi menjadi
gliserol dan garam asam lemak.
2. Dengan
proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses
ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim tertentu.
3. Apabila
pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan
sempurna yang ditunjukan dengan adanya endapan (emulsi). Lemak dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier. Hal ini dibuktikan dengan percobaan, dimana lemak hanya dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier.
4. Ketidakjenuhan
lemak diujikan melalui percobaan, dimana membentuk endapan MnO2 yang
merupakan indikasi adanya asam leak menjadi jenuh dengan ikatan tunggal.
5. Proses
pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk dari
pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, R. 2004.
Kimia Lingkungan Edisi 1. Andi
Offset, Yogyakarta.
Almatsier, S,
2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Day,
R.A. dan Underwood, A.L. 1989. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Deman, J.M.,
1997, Kimia Makanan. Penerbit ITB,
Bandung.
Fessenden,
R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia
Organik Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Fessenden,
R. J dan J. S. Fessenden. 1986. Kimia
Organik. Erlangga, Jakarta
Hadi, S., dan
Purba, M. 1991. Ilmu Kimia Karbon.
Erlangga, Jakarta.
Hart,
H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia
Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.
Ketaren,
S. 2008 . Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lehninger.1998.
Dasar-dasar Biokimia. Erlangga,
Jakarta.
Mantogomery,
R. 1993. Biokimia. UGM Press
Yogyakarta.
Marsidi,
R. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan. 2(1):1-10.
Moehji,
S. 1992. Ilmu Gizi. Bhratara,
Jakarta.
Naomi,
P., Gaol, A.M.L., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng
Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal
Teknik Kimia. 19(2):42-48.
Permono,
A. 2001. Pembuatan Sabun Mandi Padat.
Swadaya, Jakarta.
Poedjiadi, A.
1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press,
Jakarta.
Poedjiadi,
A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat.
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sari,
T.I., Kasih, J.P., dan Sari, T.J.N. 2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia.
17(1):28-33.
Sartika,
R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh , Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans
terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 2(4):154-160.
Sudarmadji,
S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Suhardjo.,
Kusharto, C.M. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu
Gizi. Kanisius, Yogyakarta.
Wilbraham,
C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Penerbit ITB, Bandung.
Winarno,
F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G.
1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta
Zulkifli,
M., dan Estiasih, T. 2014. Sabun dari Salisilat Asam Lemak Minyak Sawit: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
2(4):170-177.
LAMPIRAN
Gambar
1. Hasil uji pembuatan garam (CaCl2) Gambar 2. Pembuatan garam (Pb asetat)
Gambar
3. Hasil uji pembuatan garam MgSO4 Gambar 4. Pembuatan asam
minyak
Gambar
4. Hidrolisa sabun setelah ditambah PP dan vortex.
A.
Judul
Lemak
B.
Tujuan
Mengenal
beberapa sifat lemak
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lemak adalah
ester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak, dimana ketiga gugus
hidroksilnya dieterkan. Lemak dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar (Fessenden dan Fessenden, 1986). Lemak dan minyak adalah
senyawa lipida yang paling banyak di alam. Perbedaan antara keduanya adalah
perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu kamar, yaitu lemak berbentuk padat
sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan
karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis dan
trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Menurut Mantogomery
(1993), lemak merupakan senyawa organik yang sukar larut dalam pelarut organik
seperti eter, benzena, dan kloroform. Lemak yang merupakan kelompok ikatan
organik ini terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak).
Dalam tubuh manusia, lemak berfungsi sebagai komponen struktural membran sel,
sebagai bentuk penyimpanan energi, sebagai bahan bakar metabolik, dan sebagai
agen pengemulsi.
Lemak
adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk
kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif
terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi,
bagian dari membran sel, menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ
tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika, 2008).
Menurut
Sudarmadji (1989), lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang sangat
penting terdapat dalam makanan, karena dapat langsung dicerna dalam tubuh
manusia menjadi sumber energi. Lemak dan minyak tidak hanya dikenal sebagai
sumber makanan manusia, tapi merupakan bahan baku lilin, margarin, detergen,
kosmetik, obat-obatan, dan bahan pelumas, yang diolah dengan proses yang
berbeda.
Sifat-sifat
lemak menurut Almatsier (2002), adalah berat jenis lemak lebih rendah daripada
air, oleh karena itu air dan lemak tidak dapat bercampur sehingga lemak akan
berada di atas dan air berada dibawah. Semakin banyak mengandung asam lemak
rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, maka konsistensi lemak akan semakin cair.
Sebaliknya semakin banyak mengandung asam lemak jenuh dan rantai panjang maka
konsistensi lemak akan semakin padat. Sifat fisika lemak dan minyak adalah
tidak larut dalam air, hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus polar. Viskositas lemak dan minyak akan
bertambah dengan bertambahnya panjang rantai karbon (Deman, 1997).
Lemak
tersusun dari asam-asam lemak dan suatu polihidroksi (gliserol). Asam lemak
adalah asam karboksilat rantai panjang yang dapat mengandung ikatan rangkap
(tidak jenuh) dan jenuh. Lemak yang mengandung ikatan rangkap dinamakan minyak.
Lemak dan minyak berfungsi sebagai cadangan energi metabolit. Konsumsi lemak
tak jenuh, seperti minya kelapa sawit dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk
sabun (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Menurut
Lehninger (1998), asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang
mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak mempunyai gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan
lipid bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau belemak. Asam
lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau
jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada
berbagai kelas lipida yang berbeda, asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini
oleh hidrolisis kimia atau enzimatik.
Asam
lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai ikatan tidak jenuh (rangkap)
baik tunggal maupun ganda. Asam lemak tidak jenuh bersifat mudah rusak apabila
terkena panas. Asam lemak yang bersifat jenuh yaitu asam lemak dengan rantai
tunggal. Asam lemak jenuh biasanya terdapat dalam minyak atau lemak yang berasal
dari hewan (Moehji,1992).
Menurut
Chang (2005), lemak dan minyak adalah nama untuk senyawa dalam kelompok yang
sama, yang disebut trigliserida, yang mengandung 3 gugus ester dimana R, R’,
dan R” mewakili rantai hidrokarbon yang panjang.
Gambar 1. Struktur Trigliserida
Pada
proses pembentukannya, trigliserida merupakan proses kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Gambar 2. Pembentukan Trigliserida
Kalau
R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida sederhana (simple triglycerida) sebaliknya kalau berbeda-beda
adalah trigliserida campuran (mixet
triglycerida) (Sudarmadji, 1989).
Sabun
adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengelmusi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras, sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Menurut
Permono (2001), sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari
minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat ilmiah
sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Sabun
merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COONa+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan air. Konsep ini dapat di pahami dengan
mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).
Menurut
Naomi, dkk. (2013), sabun dihasilkan melalui reaksi saponifikasi. Saponifikasi
merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari
penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Saponifikasi
merupakan salah satu pemurnian secara fisik. Saponifikasi dilakukan dengan
menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Penambahan basa pada proses
saponifikasi akan bereaksi dengan lemak bebas membentuk sabun yang mengendap
dengan membawa serta lendir, kotoran, dan sebagian zat warna. Saponifikasi
adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak
dengan cara mereaksikan asam lemakbebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock)
(Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Sabun
membersihkan dengan bertindak sebagai emulsi. Cara kerja sabun yakni pada
bagian hidrofob (tidak mudah larut dalam air) molekul sabun masuk ke dalam
lemak, sedangkan ujungnya yang bermuatan negatif ada di bagian luar. Oleh
karena adanya gaya tolak antara muatan listrik, maka kotoran akan terpecah
menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi. Dengan demikian kotoran
mudah terlepas dari kain atau benda lain (Poedjiadi, 2005).
Menurut
Sari, dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Setelah
kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong mencucinya karena
struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang bersifat hidrofil
(senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (benci air). Rantai
hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air. Ionnya
terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Menurut
Marsidi (2001), air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn,
Ca, dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Pada air sadah, sabun menjadi kurang efektif karena salah satu bagian dari molekul sabun
diikat oleh unsur Ca/Mg.
Uji
sifat lemak terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
1. Pembuatan
garam
Sabun
merupakan suatu bahan kimia yang lazim digunakan masyarakat untuk berbagai
keperluan sehari-hari. Dilihat dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan
garam dari asam lemak yang memiliki rantai panjang. Garam ini terbentuk bila
lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali sehingga gugus ester dari lemak
tersebut dapat terkonversi menjadi gliserol dan garam asam lemak. Reaksi
pembuatan sabun yang disebut sebagai reaksi saponifikasi akan menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan produk samping berupa gliserol (Poedjiadi, 1994).
Secara kimiawi, reaksi saponifikasi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Gambar 3. Reaksi saponifikasi
2. Hidrolisa
sabun
Dengan
adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi
ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis sangat mudah
terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) (Winarno,
1992). Dengan proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim
tertentu. Dalam proses hidrolisa, lemak atau minyak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa dapat mengakibatkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 2008).
3. Emulsi
lemak
Menurut
Winarno (1984), emulsi adalah suatu disperse atau suspense suatu cairan dalam
cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling
berbaur tetapi saling antagonistic. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak
saling berbaur, tetapi saling terpisah karena mempunyai berat jenis yang
berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari buti-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua, disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri
dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam
air. Senyawa ini molekul-molekulnya, mempunyai afinitas terhadap kedua cairan
itu. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Menurut
Hart, dkk. (2003), bahwa apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak
maka akan mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukan dengan adanya
endapan (emulsi). Menurut Poedjiadi (1994), bahwa sabun digunakan sebagai bahan
pembersih kotoran terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun
dapat mengemulsikan lemak atau minyak.
4. Ketidakjenuhan
lemak
Reagensia
permanganat merupakan uji bayer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak
diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika
reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2
coklat (Fessenden dan Fessenden, 1982). Pada uji bayer ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangnya
warna ungu dari larutan kalium permanganat (Wilbraham, 1992).
5. Pembuatan
asam minyak
Pada
proses pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk
dari pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu. Misalnya saja dengan
menambahkan larutan asam klorida yang merupakan larutan asam kuat. Beda halnya
dengan minyak yang berwujud cair, asam minyak memiliki wujud yng berupa
padatan, sehingga asam minyak dapat dengan mudah dibedakan dari minyak
berdasarkan identifikasi penampakannya. Pada proses pembuatan asam minyak akan
dihasilkan pula suatu produk sampingan berupa garam (Hadi dan Purba, 1991).
III.
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat :
|
Bahan :
|
1.
Tabung reaksi
|
1.
Larutan CH3COOH 5%
|
2.
Rak tabung reaksi
|
2.
Larutan CaCl2 1%
|
3.
Pipet tetes
|
3.
Larutan MgSO4 1%
|
4.
Pro pipet
|
4.
Larutan Pb asetat 1%
|
5.
Pipet ukur
|
5.
Larutan sabun
|
6.
Vortex
|
6.
Aquades
|
7.
Gelas beker
|
7.
Indikator Phenolphtalein
|
8.
Plat tetes
|
8.
Minyak
|
9.
Gelas ukur
|
9.
Larutan Eter
|
10.
Indikator universal
|
10.
Larutan KMnO4 0,1 N
|
11.
Gelas pengaduk
|
11.
HCl pekat
|
|
12.
Kertas lakmus
|
|
13.
Kertas label
|
B.
Cara
Kerja
1. Pembentukan
garam
Larutan
sabun diambil sebanyak 30 ml lalu dimasukkan ke dalam gelas beker. pH pada
larutan sabun diperiksa dengan kertas lakmus. Jika pH pada larutan sabun sudah
netral, maka larutan sabung langsung dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi sama
rata. Apabila pH larutan sabun belum netral, maka larutan sabun ditambah
larutan CH3COOH 5% sampai pH nya netral.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Larutan sabun sebanyak 5
ml dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi. Pada tabung pertama, larutan
sabun ditambah 7 tetes larutan CaCl2 1%. Tabung kedua, ditambah 7
tetes larutan MgSO4 1%. Tabung ketiga ditambah 7 tetes Pb asetat 1%.
Perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan diamati.
2. Hidrolisa
sabun
Larutan
sabun sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5
ml aquades dan ditambah indikator PP sebanyak 3 tetes. Tabung reaksi divortex.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
3. Sifat
emulsi lemak
Pada
tabung reaksi pertama, ditambah aquades sebanyak 2 ml dan ditambah 5 tetes
minyak lalu didiamkan. Pada tabung reaksi kedua, ditambah 2 ml aquades kemudian
ditambah 5 tetes minyak dan ditambah 2 ml larutan sabun lalu didiamkan.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
4. Sifat
ketidakjenuhan lemak
Minyak
sebanyak 2 ml dan larutan eter sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu tabung reaksi divortex. Setelah divortex, ditambahkan larutan KMnO4
0,1 N sebanyak 3 tetes. Perubahan pada larutan diamati.
5. Pembuatan
asam minyak
Larutan
sabun sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi. Kemudian ditambah larutan HCl
pekat sebanyak 3 ml. Tabung reaksi divortex lalu didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan percobaan
pembentukan garam yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 1.
LARUTAN
|
WARNA
|
ENDAPAN GARAM
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
||
CaCl2
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+++
|
MgSO4
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+
|
Pb
asetat
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
++
|
Berdasarkan percobaan
hidrolisa sabun yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 2.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
phenolphtalein
|
Bening
|
Ungu.
Ada buih warna putih
|
Berdasarkan percobaan
ketidakjenuhan lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 3.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
KMnO4
|
Bening
kekuningan
|
Bening
kekuningan. Ada endapan cokelat.
|
Berdasarkan pecobaan
emulsi lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 4.
MINYAK
|
WARNA
|
EMULSI
|
KETERANGAN
|
1. Aquades
2 ml + 5 tetes minyak
|
Bening
|
Ada
|
Ada
emulsi, bentuk cekung
|
2.
Aquades 2 ml + 5 tetes minyak + 2
ml larutan sabun
|
Putih
keruh
|
Ada
|
Ada
emulsi sedikit, bentuk menggumpal
|
Berdasarkan
percobaan pembuatan asam minyak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada tabel 5.
LARUTAN
|
WARNA
|
KETERANGAN
|
Sabun
+ HCl pekat
|
Putih
keruh
|
Terbentuk
2 lapisan
|
B.
Pembahasan
Percobaan
pembentukan garam adalah percobaan pertama yang dilakukan. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi pembentukan garam. Langkah pertama
yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan sabun dimasukkan ke gelas beker
lalu pH larutan sabun ditentukan dengan kertas lakmus. Apabila larutan sabun
belum mencapai pH netral, maka langkah selanjutnya ditambahkan larutan CH3COOH
sedikit demi sedikit hingga pH menjadi netral. Tujuan dari penambahan CH3COOH
yaitu untuk menetralkan larutan sabun yang bersifat basa. Pencampuran larutan
sabun dengan asam asetat (CH3COOH) dilakukan karena garam akan
bercampur dengan larutan yang bersifat non-polar. Larutan sabun dengan pH
netral diperlukan supaya tidak mengganggu reaksi pembentukan garam.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Pada tabung reaksi
pertama ditambahkan CaCl2 1%, tabung kedua ditambah MgSO4 1% dan tabung ketiga
ditambahkan Pb asetat 1%. Fungsi dari ketiga larutan tersebut yaitu sebagai
larutan pembentuk garam yang berfungsi mengekstrasi asam lemak pada larutan
sabun.
Sebelum ditetesi
CaCl2 1% sebanyak 7 tetes, larutan berwarna putih keruh. Setelah
ditetesi CaCl2 1% warna larutan tetap putih keruh. Setelah larutan
didiamkan, terdapat endapan garam yang banyak (+++). Endapan berasal dari pembentukan ikatan Ca+ dengan
larutan sabun. Endapan yang terbentuk pada tabung reaksi pertama menunjukkan
adanya pembentukan garam. Reaksi yang terjadi adalah:
2C17H35COONa +
CaCl2 2
NaCl + Ca (C17H35COO)2
Pada
tabung reaksi kedua, sebelum ditetesi 7 tetes larutan MgSO4 1 %
larutan berwarna putih keruh. Setelah ditetesi larutan MgSO4 larutan
tidak berubah warna dan terbentuk endapan yang sedikit (+) dibandingkan dengan
kedua larutan lainnya. Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa + MgSO4 Na2SO4
+ Mg(C17H35COO)2
Pada tabung reaksi ketiga,
sebelum ditetesi 7 tetes larutan Pb asetat 1% larutan berwarna putih keruh.
Setelah ditetesi larutan Pb asetat 1% tetap berwarna putih keruh dan terbentuk
endapan yang sedang (++). Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa
+ Pb(CH3COOH)2 2CH3COONa+Pb(C17H35COO)2
Ketika
menambahkan 7 tetes larutan CaCl2, MgSO4, dan Pb asetat
endapan yang terbentuk di ketiga tabung reaksi belum terlalu terlihat. Tetapi
ketika ditambah kembali 7 tetes CaCl2, MgSO4, dan Pb
asetat lalu divortex, endapan baru jelas terlihat.
Diantara
ketiga tabung reaksi, yang paling banyak menghasilkan endapan adalah tabung
reaksi yang ditetesi larutan CaCl2. Endapan yang terbentuk
mengindikasi kelarutannya. Semakin banyak endapannya maka semakin rendah kelarutannya,
begitu pula sebaliknya. Tabung didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan
bertujuan agar larutan dapat bereaksi dengan baik.
Percobaan
kedua adalah hidrolisa sabun. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses
hidrolisa sabun. Fungsi dari penambahan akuades ini adalah sebagai pelarut
polar yang memisahkan antara air sabun dan lemak yang terlarut di dalamnya, dapat
memutuskan ikatan rangkap, membuat larutan sabun semakin tidak jenuh serta
sebagai pengencer. Fungsi dari indikator phenolphtalein (PP) yaitu sebagai
indikator untuk membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa atau tidak.
Sebelum larutan ditambah indikator PP,
larutan berwarna bening. Setelah ditambah indikator PP dan divortex,
larutan berubah warna menjadi ungu dan muncul buih berwarna putih. Dengan
munculnya warna pink, artinya terdapat basa dalam larutan (Day dan Underwood,
1989). Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan dengan
vortex yang bertujuan agar larutan yang terdapat di dalam tabung reaksi tercampur
secara merata dan larutan dapat berubah warna secara sempurna. Reaksi yang
terjadi adalah :
RCOONa + H2O RCOO-
+ NaOH
RCOO + H2O RCOOH + OH-
(Lemak) (basa)
Percobaan
ketiga adalah ketidakjenuhan lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat ketidakjenuhan lemak. Larutan yang digunakan pada percobaan ini adalah
eter, KMnO4, minyak. Fungsi dari larutan eter yaitu sebagai pelarut non-polar
untuk melarutkan minyak. Fungsi penambahan KMnO4 adalah untuk
oksidator yang memecah ikatan rangkap lemak (lemak tak jenuh) menjadi ikatan
tunggal (asam lemak jenuh).
Larutan pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sebelum ditambah KMnO4 berwarna
bening kekuningan. Setelah ditambah KMnO4 tetap berwarna bening
kekuningan dan terdapat endapan berwarna cokelat. Endapan tersebut adalah MnO2
sebagai indikasi adanya sifat ketidakjenuhan lemak, karena dari ikatan tak
jenuh mampu dioksidasi oleh KMnO4 menjadi ikatan tunggal yang
menghasilkan MnO4. Selain itu fungsi dari pengocokan yang dilakukan
dengan vortex agar larutan benar-benar bercampur, sehingga minyak terlarut
dalam eter. Reaksi yang terjadi adalah:
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH CH3(CH2)7CH-CH(CH2)7COOH
CH
CH
Pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sudah sesuai dengan teori. Karena, menurut
Fessenden dan Fessenden (1982), reagensia permanganat merupakan uji bayer untuk
ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4)
berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan
MnO2 coklat.
Percobaan
yang keempat adalah emulsi lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat emulsi lemak. Untuk mengetahui sifat emulsi lemak larutan yang dibutuhkan
adalah minyak, aquades, dan larutan sabun. Fungsi dari larutan sabung yaitu
sebagai emulsifier. Menurut Sari dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran
dan minyak. Setelah kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong
mencucinya karena struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang
bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik
(benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut
dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Pada tabung
reaksi pertama yang berisi aquades sebanyak 2 ml dan 5 tetes minyak sebelum didiamkan
berwarna bening. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi
yang berbentuk cekung. Pada tabung reaksi kedua yang berisi aquades sebanyak 2
ml, 5 tetes minyak, dan 2 ml larutan sabun sebelum didiamkan larutan berwarna
putih keruh. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi yang
sedikit dan bentuknya menggumpal. Reaksi yang terjadi adalah:
C17H35COO-
+ OH- C17H35COOH
+ OH-
Percobaan yang kelima adalah pembuatan
asam minyak. Larutan yang digunakan adalah larutan sabun dan HCl pekat. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembutan asam minyak. Penambahan lautan
HCl pekat ini bertujuan untuk memisahkan minyak dengan sabun atau untuk
memutuskan ikatan rangkap pada asam minyak. Ion Cl- dari HCl akan
berikatan dengan ion Na+ dari larutan sabun. Pengocokan dengan
vortex bertujuan untuk menghomogenkan larutan supaya rantai rangkap asam minyak
benar-benar putus, selain itu untuk membebaskan asam-asam lemak dari
garam-garamnya. Setelah divortex, pada larutan akan terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas merupakan lemak yang teremulsi dan lapisan bawah adalah larutan
HCl. Pendiaman larutan selama beberapa saat bertujuan agar larutan membentuk emulsi
yang nantinya akan terlihat. Saat sabun ditambah asam kuat akan menghasilkan
asam lemak dan garam. Reaksi kimianya adalah :
C17H35COONa
+ HCl 2C17H35COOH
+ NaCl
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan Lemak yang
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dilihat
dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan garam dari asam lemak yang memiliki
rantai panjang. Garam ini terbentuk bila lemak atau minyak dipanaskan dengan
alkali sehingga gugus ester dari lemak tersebut dapat terkonversi menjadi
gliserol dan garam asam lemak.
2. Dengan
proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses
ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim tertentu.
3. Apabila
pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan
sempurna yang ditunjukan dengan adanya endapan (emulsi). Lemak dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier. Hal ini dibuktikan dengan percobaan, dimana lemak hanya dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier.
4. Ketidakjenuhan
lemak diujikan melalui percobaan, dimana membentuk endapan MnO2 yang
merupakan indikasi adanya asam leak menjadi jenuh dengan ikatan tunggal.
5. Proses
pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk dari
pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, R. 2004.
Kimia Lingkungan Edisi 1. Andi
Offset, Yogyakarta.
Almatsier, S,
2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Day,
R.A. dan Underwood, A.L. 1989. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Deman, J.M.,
1997, Kimia Makanan. Penerbit ITB,
Bandung.
Fessenden,
R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia
Organik Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Fessenden,
R. J dan J. S. Fessenden. 1986. Kimia
Organik. Erlangga, Jakarta
Hadi, S., dan
Purba, M. 1991. Ilmu Kimia Karbon.
Erlangga, Jakarta.
Hart,
H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia
Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.
Ketaren,
S. 2008 . Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lehninger.1998.
Dasar-dasar Biokimia. Erlangga,
Jakarta.
Mantogomery,
R. 1993. Biokimia. UGM Press
Yogyakarta.
Marsidi,
R. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan. 2(1):1-10.
Moehji,
S. 1992. Ilmu Gizi. Bhratara,
Jakarta.
Naomi,
P., Gaol, A.M.L., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng
Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal
Teknik Kimia. 19(2):42-48.
Permono,
A. 2001. Pembuatan Sabun Mandi Padat.
Swadaya, Jakarta.
Poedjiadi, A.
1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press,
Jakarta.
Poedjiadi,
A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat.
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sari,
T.I., Kasih, J.P., dan Sari, T.J.N. 2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia.
17(1):28-33.
Sartika,
R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh , Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans
terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 2(4):154-160.
Sudarmadji,
S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Suhardjo.,
Kusharto, C.M. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu
Gizi. Kanisius, Yogyakarta.
Wilbraham,
C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Penerbit ITB, Bandung.
Winarno,
F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G.
1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta
Zulkifli,
M., dan Estiasih, T. 2014. Sabun dari Salisilat Asam Lemak Minyak Sawit: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
2(4):170-177.
LAMPIRAN
Gambar
1. Hasil uji pembuatan garam (CaCl2) Gambar 2. Pembuatan garam (Pb asetat)
Gambar
3. Hasil uji pembuatan garam MgSO4 Gambar 4. Pembuatan asam
minyak
Gambar
4. Hidrolisa sabun setelah ditambah PP dan vortex.
A.
Judul
Lemak
B.
Tujuan
Mengenal
beberapa sifat lemak
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lemak adalah
ester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak, dimana ketiga gugus
hidroksilnya dieterkan. Lemak dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar (Fessenden dan Fessenden, 1986). Lemak dan minyak adalah
senyawa lipida yang paling banyak di alam. Perbedaan antara keduanya adalah
perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu kamar, yaitu lemak berbentuk padat
sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan
karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis dan
trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Menurut Mantogomery
(1993), lemak merupakan senyawa organik yang sukar larut dalam pelarut organik
seperti eter, benzena, dan kloroform. Lemak yang merupakan kelompok ikatan
organik ini terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak).
Dalam tubuh manusia, lemak berfungsi sebagai komponen struktural membran sel,
sebagai bentuk penyimpanan energi, sebagai bahan bakar metabolik, dan sebagai
agen pengemulsi.
Lemak
adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk
kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif
terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi,
bagian dari membran sel, menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ
tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika, 2008).
Menurut
Sudarmadji (1989), lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang sangat
penting terdapat dalam makanan, karena dapat langsung dicerna dalam tubuh
manusia menjadi sumber energi. Lemak dan minyak tidak hanya dikenal sebagai
sumber makanan manusia, tapi merupakan bahan baku lilin, margarin, detergen,
kosmetik, obat-obatan, dan bahan pelumas, yang diolah dengan proses yang
berbeda.
Sifat-sifat
lemak menurut Almatsier (2002), adalah berat jenis lemak lebih rendah daripada
air, oleh karena itu air dan lemak tidak dapat bercampur sehingga lemak akan
berada di atas dan air berada dibawah. Semakin banyak mengandung asam lemak
rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, maka konsistensi lemak akan semakin cair.
Sebaliknya semakin banyak mengandung asam lemak jenuh dan rantai panjang maka
konsistensi lemak akan semakin padat. Sifat fisika lemak dan minyak adalah
tidak larut dalam air, hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus polar. Viskositas lemak dan minyak akan
bertambah dengan bertambahnya panjang rantai karbon (Deman, 1997).
Lemak
tersusun dari asam-asam lemak dan suatu polihidroksi (gliserol). Asam lemak
adalah asam karboksilat rantai panjang yang dapat mengandung ikatan rangkap
(tidak jenuh) dan jenuh. Lemak yang mengandung ikatan rangkap dinamakan minyak.
Lemak dan minyak berfungsi sebagai cadangan energi metabolit. Konsumsi lemak
tak jenuh, seperti minya kelapa sawit dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk
sabun (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Menurut
Lehninger (1998), asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang
mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak mempunyai gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan
lipid bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau belemak. Asam
lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau
jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada
berbagai kelas lipida yang berbeda, asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini
oleh hidrolisis kimia atau enzimatik.
Asam
lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai ikatan tidak jenuh (rangkap)
baik tunggal maupun ganda. Asam lemak tidak jenuh bersifat mudah rusak apabila
terkena panas. Asam lemak yang bersifat jenuh yaitu asam lemak dengan rantai
tunggal. Asam lemak jenuh biasanya terdapat dalam minyak atau lemak yang berasal
dari hewan (Moehji,1992).
Menurut
Chang (2005), lemak dan minyak adalah nama untuk senyawa dalam kelompok yang
sama, yang disebut trigliserida, yang mengandung 3 gugus ester dimana R, R’,
dan R” mewakili rantai hidrokarbon yang panjang.
Gambar 1. Struktur Trigliserida
Pada
proses pembentukannya, trigliserida merupakan proses kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Gambar 2. Pembentukan Trigliserida
Kalau
R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida sederhana (simple triglycerida) sebaliknya kalau berbeda-beda
adalah trigliserida campuran (mixet
triglycerida) (Sudarmadji, 1989).
Sabun
adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengelmusi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras, sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Menurut
Permono (2001), sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari
minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat ilmiah
sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Sabun
merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COONa+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan air. Konsep ini dapat di pahami dengan
mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).
Menurut
Naomi, dkk. (2013), sabun dihasilkan melalui reaksi saponifikasi. Saponifikasi
merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari
penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Saponifikasi
merupakan salah satu pemurnian secara fisik. Saponifikasi dilakukan dengan
menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Penambahan basa pada proses
saponifikasi akan bereaksi dengan lemak bebas membentuk sabun yang mengendap
dengan membawa serta lendir, kotoran, dan sebagian zat warna. Saponifikasi
adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak
dengan cara mereaksikan asam lemakbebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock)
(Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Sabun
membersihkan dengan bertindak sebagai emulsi. Cara kerja sabun yakni pada
bagian hidrofob (tidak mudah larut dalam air) molekul sabun masuk ke dalam
lemak, sedangkan ujungnya yang bermuatan negatif ada di bagian luar. Oleh
karena adanya gaya tolak antara muatan listrik, maka kotoran akan terpecah
menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi. Dengan demikian kotoran
mudah terlepas dari kain atau benda lain (Poedjiadi, 2005).
Menurut
Sari, dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Setelah
kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong mencucinya karena
struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang bersifat hidrofil
(senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (benci air). Rantai
hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air. Ionnya
terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Menurut
Marsidi (2001), air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn,
Ca, dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Pada air sadah, sabun menjadi kurang efektif karena salah satu bagian dari molekul sabun
diikat oleh unsur Ca/Mg.
Uji
sifat lemak terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
1. Pembuatan
garam
Sabun
merupakan suatu bahan kimia yang lazim digunakan masyarakat untuk berbagai
keperluan sehari-hari. Dilihat dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan
garam dari asam lemak yang memiliki rantai panjang. Garam ini terbentuk bila
lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali sehingga gugus ester dari lemak
tersebut dapat terkonversi menjadi gliserol dan garam asam lemak. Reaksi
pembuatan sabun yang disebut sebagai reaksi saponifikasi akan menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan produk samping berupa gliserol (Poedjiadi, 1994).
Secara kimiawi, reaksi saponifikasi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Gambar 3. Reaksi saponifikasi
2. Hidrolisa
sabun
Dengan
adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi
ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis sangat mudah
terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) (Winarno,
1992). Dengan proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim
tertentu. Dalam proses hidrolisa, lemak atau minyak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa dapat mengakibatkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 2008).
3. Emulsi
lemak
Menurut
Winarno (1984), emulsi adalah suatu disperse atau suspense suatu cairan dalam
cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling
berbaur tetapi saling antagonistic. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak
saling berbaur, tetapi saling terpisah karena mempunyai berat jenis yang
berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari buti-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua, disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri
dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam
air. Senyawa ini molekul-molekulnya, mempunyai afinitas terhadap kedua cairan
itu. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Menurut
Hart, dkk. (2003), bahwa apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak
maka akan mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukan dengan adanya
endapan (emulsi). Menurut Poedjiadi (1994), bahwa sabun digunakan sebagai bahan
pembersih kotoran terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun
dapat mengemulsikan lemak atau minyak.
4. Ketidakjenuhan
lemak
Reagensia
permanganat merupakan uji bayer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak
diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika
reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2
coklat (Fessenden dan Fessenden, 1982). Pada uji bayer ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangnya
warna ungu dari larutan kalium permanganat (Wilbraham, 1992).
5. Pembuatan
asam minyak
Pada
proses pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk
dari pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu. Misalnya saja dengan
menambahkan larutan asam klorida yang merupakan larutan asam kuat. Beda halnya
dengan minyak yang berwujud cair, asam minyak memiliki wujud yng berupa
padatan, sehingga asam minyak dapat dengan mudah dibedakan dari minyak
berdasarkan identifikasi penampakannya. Pada proses pembuatan asam minyak akan
dihasilkan pula suatu produk sampingan berupa garam (Hadi dan Purba, 1991).
III.
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat :
|
Bahan :
|
1.
Tabung reaksi
|
1.
Larutan CH3COOH 5%
|
2.
Rak tabung reaksi
|
2.
Larutan CaCl2 1%
|
3.
Pipet tetes
|
3.
Larutan MgSO4 1%
|
4.
Pro pipet
|
4.
Larutan Pb asetat 1%
|
5.
Pipet ukur
|
5.
Larutan sabun
|
6.
Vortex
|
6.
Aquades
|
7.
Gelas beker
|
7.
Indikator Phenolphtalein
|
8.
Plat tetes
|
8.
Minyak
|
9.
Gelas ukur
|
9.
Larutan Eter
|
10.
Indikator universal
|
10.
Larutan KMnO4 0,1 N
|
11.
Gelas pengaduk
|
11.
HCl pekat
|
|
12.
Kertas lakmus
|
|
13.
Kertas label
|
B.
Cara
Kerja
1. Pembentukan
garam
Larutan
sabun diambil sebanyak 30 ml lalu dimasukkan ke dalam gelas beker. pH pada
larutan sabun diperiksa dengan kertas lakmus. Jika pH pada larutan sabun sudah
netral, maka larutan sabung langsung dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi sama
rata. Apabila pH larutan sabun belum netral, maka larutan sabun ditambah
larutan CH3COOH 5% sampai pH nya netral.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Larutan sabun sebanyak 5
ml dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi. Pada tabung pertama, larutan
sabun ditambah 7 tetes larutan CaCl2 1%. Tabung kedua, ditambah 7
tetes larutan MgSO4 1%. Tabung ketiga ditambah 7 tetes Pb asetat 1%.
Perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan diamati.
2. Hidrolisa
sabun
Larutan
sabun sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5
ml aquades dan ditambah indikator PP sebanyak 3 tetes. Tabung reaksi divortex.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
3. Sifat
emulsi lemak
Pada
tabung reaksi pertama, ditambah aquades sebanyak 2 ml dan ditambah 5 tetes
minyak lalu didiamkan. Pada tabung reaksi kedua, ditambah 2 ml aquades kemudian
ditambah 5 tetes minyak dan ditambah 2 ml larutan sabun lalu didiamkan.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
4. Sifat
ketidakjenuhan lemak
Minyak
sebanyak 2 ml dan larutan eter sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu tabung reaksi divortex. Setelah divortex, ditambahkan larutan KMnO4
0,1 N sebanyak 3 tetes. Perubahan pada larutan diamati.
5. Pembuatan
asam minyak
Larutan
sabun sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi. Kemudian ditambah larutan HCl
pekat sebanyak 3 ml. Tabung reaksi divortex lalu didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan percobaan
pembentukan garam yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 1.
LARUTAN
|
WARNA
|
ENDAPAN GARAM
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
||
CaCl2
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+++
|
MgSO4
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+
|
Pb
asetat
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
++
|
Berdasarkan percobaan
hidrolisa sabun yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 2.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
phenolphtalein
|
Bening
|
Ungu.
Ada buih warna putih
|
Berdasarkan percobaan
ketidakjenuhan lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 3.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
KMnO4
|
Bening
kekuningan
|
Bening
kekuningan. Ada endapan cokelat.
|
Berdasarkan pecobaan
emulsi lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 4.
MINYAK
|
WARNA
|
EMULSI
|
KETERANGAN
|
1. Aquades
2 ml + 5 tetes minyak
|
Bening
|
Ada
|
Ada
emulsi, bentuk cekung
|
2.
Aquades 2 ml + 5 tetes minyak + 2
ml larutan sabun
|
Putih
keruh
|
Ada
|
Ada
emulsi sedikit, bentuk menggumpal
|
Berdasarkan
percobaan pembuatan asam minyak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada tabel 5.
LARUTAN
|
WARNA
|
KETERANGAN
|
Sabun
+ HCl pekat
|
Putih
keruh
|
Terbentuk
2 lapisan
|
B.
Pembahasan
Percobaan
pembentukan garam adalah percobaan pertama yang dilakukan. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi pembentukan garam. Langkah pertama
yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan sabun dimasukkan ke gelas beker
lalu pH larutan sabun ditentukan dengan kertas lakmus. Apabila larutan sabun
belum mencapai pH netral, maka langkah selanjutnya ditambahkan larutan CH3COOH
sedikit demi sedikit hingga pH menjadi netral. Tujuan dari penambahan CH3COOH
yaitu untuk menetralkan larutan sabun yang bersifat basa. Pencampuran larutan
sabun dengan asam asetat (CH3COOH) dilakukan karena garam akan
bercampur dengan larutan yang bersifat non-polar. Larutan sabun dengan pH
netral diperlukan supaya tidak mengganggu reaksi pembentukan garam.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Pada tabung reaksi
pertama ditambahkan CaCl2 1%, tabung kedua ditambah MgSO4 1% dan tabung ketiga
ditambahkan Pb asetat 1%. Fungsi dari ketiga larutan tersebut yaitu sebagai
larutan pembentuk garam yang berfungsi mengekstrasi asam lemak pada larutan
sabun.
Sebelum ditetesi
CaCl2 1% sebanyak 7 tetes, larutan berwarna putih keruh. Setelah
ditetesi CaCl2 1% warna larutan tetap putih keruh. Setelah larutan
didiamkan, terdapat endapan garam yang banyak (+++). Endapan berasal dari pembentukan ikatan Ca+ dengan
larutan sabun. Endapan yang terbentuk pada tabung reaksi pertama menunjukkan
adanya pembentukan garam. Reaksi yang terjadi adalah:
2C17H35COONa +
CaCl2 2
NaCl + Ca (C17H35COO)2
Pada
tabung reaksi kedua, sebelum ditetesi 7 tetes larutan MgSO4 1 %
larutan berwarna putih keruh. Setelah ditetesi larutan MgSO4 larutan
tidak berubah warna dan terbentuk endapan yang sedikit (+) dibandingkan dengan
kedua larutan lainnya. Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa + MgSO4 Na2SO4
+ Mg(C17H35COO)2
Pada tabung reaksi ketiga,
sebelum ditetesi 7 tetes larutan Pb asetat 1% larutan berwarna putih keruh.
Setelah ditetesi larutan Pb asetat 1% tetap berwarna putih keruh dan terbentuk
endapan yang sedang (++). Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa
+ Pb(CH3COOH)2 2CH3COONa+Pb(C17H35COO)2
Ketika
menambahkan 7 tetes larutan CaCl2, MgSO4, dan Pb asetat
endapan yang terbentuk di ketiga tabung reaksi belum terlalu terlihat. Tetapi
ketika ditambah kembali 7 tetes CaCl2, MgSO4, dan Pb
asetat lalu divortex, endapan baru jelas terlihat.
Diantara
ketiga tabung reaksi, yang paling banyak menghasilkan endapan adalah tabung
reaksi yang ditetesi larutan CaCl2. Endapan yang terbentuk
mengindikasi kelarutannya. Semakin banyak endapannya maka semakin rendah kelarutannya,
begitu pula sebaliknya. Tabung didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan
bertujuan agar larutan dapat bereaksi dengan baik.
Percobaan
kedua adalah hidrolisa sabun. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses
hidrolisa sabun. Fungsi dari penambahan akuades ini adalah sebagai pelarut
polar yang memisahkan antara air sabun dan lemak yang terlarut di dalamnya, dapat
memutuskan ikatan rangkap, membuat larutan sabun semakin tidak jenuh serta
sebagai pengencer. Fungsi dari indikator phenolphtalein (PP) yaitu sebagai
indikator untuk membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa atau tidak.
Sebelum larutan ditambah indikator PP,
larutan berwarna bening. Setelah ditambah indikator PP dan divortex,
larutan berubah warna menjadi ungu dan muncul buih berwarna putih. Dengan
munculnya warna pink, artinya terdapat basa dalam larutan (Day dan Underwood,
1989). Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan dengan
vortex yang bertujuan agar larutan yang terdapat di dalam tabung reaksi tercampur
secara merata dan larutan dapat berubah warna secara sempurna. Reaksi yang
terjadi adalah :
RCOONa + H2O RCOO-
+ NaOH
RCOO + H2O RCOOH + OH-
(Lemak) (basa)
Percobaan
ketiga adalah ketidakjenuhan lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat ketidakjenuhan lemak. Larutan yang digunakan pada percobaan ini adalah
eter, KMnO4, minyak. Fungsi dari larutan eter yaitu sebagai pelarut non-polar
untuk melarutkan minyak. Fungsi penambahan KMnO4 adalah untuk
oksidator yang memecah ikatan rangkap lemak (lemak tak jenuh) menjadi ikatan
tunggal (asam lemak jenuh).
Larutan pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sebelum ditambah KMnO4 berwarna
bening kekuningan. Setelah ditambah KMnO4 tetap berwarna bening
kekuningan dan terdapat endapan berwarna cokelat. Endapan tersebut adalah MnO2
sebagai indikasi adanya sifat ketidakjenuhan lemak, karena dari ikatan tak
jenuh mampu dioksidasi oleh KMnO4 menjadi ikatan tunggal yang
menghasilkan MnO4. Selain itu fungsi dari pengocokan yang dilakukan
dengan vortex agar larutan benar-benar bercampur, sehingga minyak terlarut
dalam eter. Reaksi yang terjadi adalah:
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH CH3(CH2)7CH-CH(CH2)7COOH
CH
CH
Pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sudah sesuai dengan teori. Karena, menurut
Fessenden dan Fessenden (1982), reagensia permanganat merupakan uji bayer untuk
ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4)
berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan
MnO2 coklat.
Percobaan
yang keempat adalah emulsi lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat emulsi lemak. Untuk mengetahui sifat emulsi lemak larutan yang dibutuhkan
adalah minyak, aquades, dan larutan sabun. Fungsi dari larutan sabung yaitu
sebagai emulsifier. Menurut Sari dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran
dan minyak. Setelah kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong
mencucinya karena struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang
bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik
(benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut
dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Pada tabung
reaksi pertama yang berisi aquades sebanyak 2 ml dan 5 tetes minyak sebelum didiamkan
berwarna bening. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi
yang berbentuk cekung. Pada tabung reaksi kedua yang berisi aquades sebanyak 2
ml, 5 tetes minyak, dan 2 ml larutan sabun sebelum didiamkan larutan berwarna
putih keruh. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi yang
sedikit dan bentuknya menggumpal. Reaksi yang terjadi adalah:
C17H35COO-
+ OH- C17H35COOH
+ OH-
Percobaan yang kelima adalah pembuatan
asam minyak. Larutan yang digunakan adalah larutan sabun dan HCl pekat. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembutan asam minyak. Penambahan lautan
HCl pekat ini bertujuan untuk memisahkan minyak dengan sabun atau untuk
memutuskan ikatan rangkap pada asam minyak. Ion Cl- dari HCl akan
berikatan dengan ion Na+ dari larutan sabun. Pengocokan dengan
vortex bertujuan untuk menghomogenkan larutan supaya rantai rangkap asam minyak
benar-benar putus, selain itu untuk membebaskan asam-asam lemak dari
garam-garamnya. Setelah divortex, pada larutan akan terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas merupakan lemak yang teremulsi dan lapisan bawah adalah larutan
HCl. Pendiaman larutan selama beberapa saat bertujuan agar larutan membentuk emulsi
yang nantinya akan terlihat. Saat sabun ditambah asam kuat akan menghasilkan
asam lemak dan garam. Reaksi kimianya adalah :
C17H35COONa
+ HCl 2C17H35COOH
+ NaCl
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan Lemak yang
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dilihat
dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan garam dari asam lemak yang memiliki
rantai panjang. Garam ini terbentuk bila lemak atau minyak dipanaskan dengan
alkali sehingga gugus ester dari lemak tersebut dapat terkonversi menjadi
gliserol dan garam asam lemak.
2. Dengan
proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses
ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim tertentu.
3. Apabila
pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan
sempurna yang ditunjukan dengan adanya endapan (emulsi). Lemak dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier. Hal ini dibuktikan dengan percobaan, dimana lemak hanya dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier.
4. Ketidakjenuhan
lemak diujikan melalui percobaan, dimana membentuk endapan MnO2 yang
merupakan indikasi adanya asam leak menjadi jenuh dengan ikatan tunggal.
5. Proses
pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk dari
pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, R. 2004.
Kimia Lingkungan Edisi 1. Andi
Offset, Yogyakarta.
Almatsier, S,
2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Day,
R.A. dan Underwood, A.L. 1989. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Deman, J.M.,
1997, Kimia Makanan. Penerbit ITB,
Bandung.
Fessenden,
R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia
Organik Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Fessenden,
R. J dan J. S. Fessenden. 1986. Kimia
Organik. Erlangga, Jakarta
Hadi, S., dan
Purba, M. 1991. Ilmu Kimia Karbon.
Erlangga, Jakarta.
Hart,
H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia
Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.
Ketaren,
S. 2008 . Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lehninger.1998.
Dasar-dasar Biokimia. Erlangga,
Jakarta.
Mantogomery,
R. 1993. Biokimia. UGM Press
Yogyakarta.
Marsidi,
R. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan. 2(1):1-10.
Moehji,
S. 1992. Ilmu Gizi. Bhratara,
Jakarta.
Naomi,
P., Gaol, A.M.L., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng
Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal
Teknik Kimia. 19(2):42-48.
Permono,
A. 2001. Pembuatan Sabun Mandi Padat.
Swadaya, Jakarta.
Poedjiadi, A.
1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press,
Jakarta.
Poedjiadi,
A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat.
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sari,
T.I., Kasih, J.P., dan Sari, T.J.N. 2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia.
17(1):28-33.
Sartika,
R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh , Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans
terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 2(4):154-160.
Sudarmadji,
S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Suhardjo.,
Kusharto, C.M. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu
Gizi. Kanisius, Yogyakarta.
Wilbraham,
C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Penerbit ITB, Bandung.
Winarno,
F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G.
1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta
Zulkifli,
M., dan Estiasih, T. 2014. Sabun dari Salisilat Asam Lemak Minyak Sawit: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
2(4):170-177.
LAMPIRAN
Gambar
1. Hasil uji pembuatan garam (CaCl2) Gambar 2. Pembuatan garam (Pb asetat)
Gambar
3. Hasil uji pembuatan garam MgSO4 Gambar 4. Pembuatan asam
minyak
Gambar
4. Hidrolisa sabun setelah ditambah PP dan vortex.
A.
Judul
Lemak
B.
Tujuan
Mengenal
beberapa sifat lemak
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lemak adalah
ester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak, dimana ketiga gugus
hidroksilnya dieterkan. Lemak dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar (Fessenden dan Fessenden, 1986). Lemak dan minyak adalah
senyawa lipida yang paling banyak di alam. Perbedaan antara keduanya adalah
perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu kamar, yaitu lemak berbentuk padat
sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan
karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis dan
trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Menurut Mantogomery
(1993), lemak merupakan senyawa organik yang sukar larut dalam pelarut organik
seperti eter, benzena, dan kloroform. Lemak yang merupakan kelompok ikatan
organik ini terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak).
Dalam tubuh manusia, lemak berfungsi sebagai komponen struktural membran sel,
sebagai bentuk penyimpanan energi, sebagai bahan bakar metabolik, dan sebagai
agen pengemulsi.
Lemak
adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk
kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif
terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi,
bagian dari membran sel, menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ
tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika, 2008).
Menurut
Sudarmadji (1989), lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang sangat
penting terdapat dalam makanan, karena dapat langsung dicerna dalam tubuh
manusia menjadi sumber energi. Lemak dan minyak tidak hanya dikenal sebagai
sumber makanan manusia, tapi merupakan bahan baku lilin, margarin, detergen,
kosmetik, obat-obatan, dan bahan pelumas, yang diolah dengan proses yang
berbeda.
Sifat-sifat
lemak menurut Almatsier (2002), adalah berat jenis lemak lebih rendah daripada
air, oleh karena itu air dan lemak tidak dapat bercampur sehingga lemak akan
berada di atas dan air berada dibawah. Semakin banyak mengandung asam lemak
rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, maka konsistensi lemak akan semakin cair.
Sebaliknya semakin banyak mengandung asam lemak jenuh dan rantai panjang maka
konsistensi lemak akan semakin padat. Sifat fisika lemak dan minyak adalah
tidak larut dalam air, hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus polar. Viskositas lemak dan minyak akan
bertambah dengan bertambahnya panjang rantai karbon (Deman, 1997).
Lemak
tersusun dari asam-asam lemak dan suatu polihidroksi (gliserol). Asam lemak
adalah asam karboksilat rantai panjang yang dapat mengandung ikatan rangkap
(tidak jenuh) dan jenuh. Lemak yang mengandung ikatan rangkap dinamakan minyak.
Lemak dan minyak berfungsi sebagai cadangan energi metabolit. Konsumsi lemak
tak jenuh, seperti minya kelapa sawit dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk
sabun (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Menurut
Lehninger (1998), asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang
mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak mempunyai gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan
lipid bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau belemak. Asam
lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau
jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada
berbagai kelas lipida yang berbeda, asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini
oleh hidrolisis kimia atau enzimatik.
Asam
lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai ikatan tidak jenuh (rangkap)
baik tunggal maupun ganda. Asam lemak tidak jenuh bersifat mudah rusak apabila
terkena panas. Asam lemak yang bersifat jenuh yaitu asam lemak dengan rantai
tunggal. Asam lemak jenuh biasanya terdapat dalam minyak atau lemak yang berasal
dari hewan (Moehji,1992).
Menurut
Chang (2005), lemak dan minyak adalah nama untuk senyawa dalam kelompok yang
sama, yang disebut trigliserida, yang mengandung 3 gugus ester dimana R, R’,
dan R” mewakili rantai hidrokarbon yang panjang.
Gambar 1. Struktur Trigliserida
Pada
proses pembentukannya, trigliserida merupakan proses kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Gambar 2. Pembentukan Trigliserida
Kalau
R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida sederhana (simple triglycerida) sebaliknya kalau berbeda-beda
adalah trigliserida campuran (mixet
triglycerida) (Sudarmadji, 1989).
Sabun
adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengelmusi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras, sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Menurut
Permono (2001), sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari
minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat ilmiah
sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Sabun
merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COONa+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan air. Konsep ini dapat di pahami dengan
mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).
Menurut
Naomi, dkk. (2013), sabun dihasilkan melalui reaksi saponifikasi. Saponifikasi
merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari
penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Saponifikasi
merupakan salah satu pemurnian secara fisik. Saponifikasi dilakukan dengan
menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Penambahan basa pada proses
saponifikasi akan bereaksi dengan lemak bebas membentuk sabun yang mengendap
dengan membawa serta lendir, kotoran, dan sebagian zat warna. Saponifikasi
adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak
dengan cara mereaksikan asam lemakbebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock)
(Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Sabun
membersihkan dengan bertindak sebagai emulsi. Cara kerja sabun yakni pada
bagian hidrofob (tidak mudah larut dalam air) molekul sabun masuk ke dalam
lemak, sedangkan ujungnya yang bermuatan negatif ada di bagian luar. Oleh
karena adanya gaya tolak antara muatan listrik, maka kotoran akan terpecah
menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi. Dengan demikian kotoran
mudah terlepas dari kain atau benda lain (Poedjiadi, 2005).
Menurut
Sari, dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Setelah
kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong mencucinya karena
struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang bersifat hidrofil
(senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (benci air). Rantai
hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air. Ionnya
terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Menurut
Marsidi (2001), air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn,
Ca, dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Pada air sadah, sabun menjadi kurang efektif karena salah satu bagian dari molekul sabun
diikat oleh unsur Ca/Mg.
Uji
sifat lemak terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
1. Pembuatan
garam
Sabun
merupakan suatu bahan kimia yang lazim digunakan masyarakat untuk berbagai
keperluan sehari-hari. Dilihat dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan
garam dari asam lemak yang memiliki rantai panjang. Garam ini terbentuk bila
lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali sehingga gugus ester dari lemak
tersebut dapat terkonversi menjadi gliserol dan garam asam lemak. Reaksi
pembuatan sabun yang disebut sebagai reaksi saponifikasi akan menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan produk samping berupa gliserol (Poedjiadi, 1994).
Secara kimiawi, reaksi saponifikasi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Gambar 3. Reaksi saponifikasi
2. Hidrolisa
sabun
Dengan
adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi
ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis sangat mudah
terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) (Winarno,
1992). Dengan proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim
tertentu. Dalam proses hidrolisa, lemak atau minyak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa dapat mengakibatkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 2008).
3. Emulsi
lemak
Menurut
Winarno (1984), emulsi adalah suatu disperse atau suspense suatu cairan dalam
cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling
berbaur tetapi saling antagonistic. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak
saling berbaur, tetapi saling terpisah karena mempunyai berat jenis yang
berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari buti-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua, disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri
dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam
air. Senyawa ini molekul-molekulnya, mempunyai afinitas terhadap kedua cairan
itu. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Menurut
Hart, dkk. (2003), bahwa apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak
maka akan mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukan dengan adanya
endapan (emulsi). Menurut Poedjiadi (1994), bahwa sabun digunakan sebagai bahan
pembersih kotoran terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun
dapat mengemulsikan lemak atau minyak.
4. Ketidakjenuhan
lemak
Reagensia
permanganat merupakan uji bayer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak
diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika
reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2
coklat (Fessenden dan Fessenden, 1982). Pada uji bayer ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangnya
warna ungu dari larutan kalium permanganat (Wilbraham, 1992).
5. Pembuatan
asam minyak
Pada
proses pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk
dari pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu. Misalnya saja dengan
menambahkan larutan asam klorida yang merupakan larutan asam kuat. Beda halnya
dengan minyak yang berwujud cair, asam minyak memiliki wujud yng berupa
padatan, sehingga asam minyak dapat dengan mudah dibedakan dari minyak
berdasarkan identifikasi penampakannya. Pada proses pembuatan asam minyak akan
dihasilkan pula suatu produk sampingan berupa garam (Hadi dan Purba, 1991).
III.
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat :
|
Bahan :
|
1.
Tabung reaksi
|
1.
Larutan CH3COOH 5%
|
2.
Rak tabung reaksi
|
2.
Larutan CaCl2 1%
|
3.
Pipet tetes
|
3.
Larutan MgSO4 1%
|
4.
Pro pipet
|
4.
Larutan Pb asetat 1%
|
5.
Pipet ukur
|
5.
Larutan sabun
|
6.
Vortex
|
6.
Aquades
|
7.
Gelas beker
|
7.
Indikator Phenolphtalein
|
8.
Plat tetes
|
8.
Minyak
|
9.
Gelas ukur
|
9.
Larutan Eter
|
10.
Indikator universal
|
10.
Larutan KMnO4 0,1 N
|
11.
Gelas pengaduk
|
11.
HCl pekat
|
|
12.
Kertas lakmus
|
|
13.
Kertas label
|
B.
Cara
Kerja
1. Pembentukan
garam
Larutan
sabun diambil sebanyak 30 ml lalu dimasukkan ke dalam gelas beker. pH pada
larutan sabun diperiksa dengan kertas lakmus. Jika pH pada larutan sabun sudah
netral, maka larutan sabung langsung dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi sama
rata. Apabila pH larutan sabun belum netral, maka larutan sabun ditambah
larutan CH3COOH 5% sampai pH nya netral.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Larutan sabun sebanyak 5
ml dimasukkan ke masing-masing tabung reaksi. Pada tabung pertama, larutan
sabun ditambah 7 tetes larutan CaCl2 1%. Tabung kedua, ditambah 7
tetes larutan MgSO4 1%. Tabung ketiga ditambah 7 tetes Pb asetat 1%.
Perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan diamati.
2. Hidrolisa
sabun
Larutan
sabun sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5
ml aquades dan ditambah indikator PP sebanyak 3 tetes. Tabung reaksi divortex.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
3. Sifat
emulsi lemak
Pada
tabung reaksi pertama, ditambah aquades sebanyak 2 ml dan ditambah 5 tetes
minyak lalu didiamkan. Pada tabung reaksi kedua, ditambah 2 ml aquades kemudian
ditambah 5 tetes minyak dan ditambah 2 ml larutan sabun lalu didiamkan.
Perubahan yang terjadi pada larutan diamati.
4. Sifat
ketidakjenuhan lemak
Minyak
sebanyak 2 ml dan larutan eter sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu tabung reaksi divortex. Setelah divortex, ditambahkan larutan KMnO4
0,1 N sebanyak 3 tetes. Perubahan pada larutan diamati.
5. Pembuatan
asam minyak
Larutan
sabun sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi. Kemudian ditambah larutan HCl
pekat sebanyak 3 ml. Tabung reaksi divortex lalu didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan percobaan
pembentukan garam yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 1.
LARUTAN
|
WARNA
|
ENDAPAN GARAM
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
||
CaCl2
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+++
|
MgSO4
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
+
|
Pb
asetat
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
++
|
Berdasarkan percobaan
hidrolisa sabun yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 2.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
phenolphtalein
|
Bening
|
Ungu.
Ada buih warna putih
|
Berdasarkan percobaan
ketidakjenuhan lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 3.
LARUTAN SABUN
|
WARNA
|
|
AWAL
|
AKHIR
|
|
Ditambah
KMnO4
|
Bening
kekuningan
|
Bening
kekuningan. Ada endapan cokelat.
|
Berdasarkan pecobaan
emulsi lemak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
tabel 4.
MINYAK
|
WARNA
|
EMULSI
|
KETERANGAN
|
1. Aquades
2 ml + 5 tetes minyak
|
Bening
|
Ada
|
Ada
emulsi, bentuk cekung
|
2.
Aquades 2 ml + 5 tetes minyak + 2
ml larutan sabun
|
Putih
keruh
|
Ada
|
Ada
emulsi sedikit, bentuk menggumpal
|
Berdasarkan
percobaan pembuatan asam minyak yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang
dapat dilihat pada tabel 5.
LARUTAN
|
WARNA
|
KETERANGAN
|
Sabun
+ HCl pekat
|
Putih
keruh
|
Terbentuk
2 lapisan
|
B.
Pembahasan
Percobaan
pembentukan garam adalah percobaan pertama yang dilakukan. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi pembentukan garam. Langkah pertama
yang dilakukan pada percobaan ini yaitu larutan sabun dimasukkan ke gelas beker
lalu pH larutan sabun ditentukan dengan kertas lakmus. Apabila larutan sabun
belum mencapai pH netral, maka langkah selanjutnya ditambahkan larutan CH3COOH
sedikit demi sedikit hingga pH menjadi netral. Tujuan dari penambahan CH3COOH
yaitu untuk menetralkan larutan sabun yang bersifat basa. Pencampuran larutan
sabun dengan asam asetat (CH3COOH) dilakukan karena garam akan
bercampur dengan larutan yang bersifat non-polar. Larutan sabun dengan pH
netral diperlukan supaya tidak mengganggu reaksi pembentukan garam.
Larutan
sabun dengan pH netral dimasukkan ke 3 tabung reaksi. Pada tabung reaksi
pertama ditambahkan CaCl2 1%, tabung kedua ditambah MgSO4 1% dan tabung ketiga
ditambahkan Pb asetat 1%. Fungsi dari ketiga larutan tersebut yaitu sebagai
larutan pembentuk garam yang berfungsi mengekstrasi asam lemak pada larutan
sabun.
Sebelum ditetesi
CaCl2 1% sebanyak 7 tetes, larutan berwarna putih keruh. Setelah
ditetesi CaCl2 1% warna larutan tetap putih keruh. Setelah larutan
didiamkan, terdapat endapan garam yang banyak (+++). Endapan berasal dari pembentukan ikatan Ca+ dengan
larutan sabun. Endapan yang terbentuk pada tabung reaksi pertama menunjukkan
adanya pembentukan garam. Reaksi yang terjadi adalah:
2C17H35COONa +
CaCl2 2
NaCl + Ca (C17H35COO)2
Pada
tabung reaksi kedua, sebelum ditetesi 7 tetes larutan MgSO4 1 %
larutan berwarna putih keruh. Setelah ditetesi larutan MgSO4 larutan
tidak berubah warna dan terbentuk endapan yang sedikit (+) dibandingkan dengan
kedua larutan lainnya. Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa + MgSO4 Na2SO4
+ Mg(C17H35COO)2
Pada tabung reaksi ketiga,
sebelum ditetesi 7 tetes larutan Pb asetat 1% larutan berwarna putih keruh.
Setelah ditetesi larutan Pb asetat 1% tetap berwarna putih keruh dan terbentuk
endapan yang sedang (++). Reaksi yang terjadi adalah :
2C17H35COONa
+ Pb(CH3COOH)2 2CH3COONa+Pb(C17H35COO)2
Ketika
menambahkan 7 tetes larutan CaCl2, MgSO4, dan Pb asetat
endapan yang terbentuk di ketiga tabung reaksi belum terlalu terlihat. Tetapi
ketika ditambah kembali 7 tetes CaCl2, MgSO4, dan Pb
asetat lalu divortex, endapan baru jelas terlihat.
Diantara
ketiga tabung reaksi, yang paling banyak menghasilkan endapan adalah tabung
reaksi yang ditetesi larutan CaCl2. Endapan yang terbentuk
mengindikasi kelarutannya. Semakin banyak endapannya maka semakin rendah kelarutannya,
begitu pula sebaliknya. Tabung didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan
bertujuan agar larutan dapat bereaksi dengan baik.
Percobaan
kedua adalah hidrolisa sabun. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses
hidrolisa sabun. Fungsi dari penambahan akuades ini adalah sebagai pelarut
polar yang memisahkan antara air sabun dan lemak yang terlarut di dalamnya, dapat
memutuskan ikatan rangkap, membuat larutan sabun semakin tidak jenuh serta
sebagai pengencer. Fungsi dari indikator phenolphtalein (PP) yaitu sebagai
indikator untuk membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa atau tidak.
Sebelum larutan ditambah indikator PP,
larutan berwarna bening. Setelah ditambah indikator PP dan divortex,
larutan berubah warna menjadi ungu dan muncul buih berwarna putih. Dengan
munculnya warna pink, artinya terdapat basa dalam larutan (Day dan Underwood,
1989). Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan dengan
vortex yang bertujuan agar larutan yang terdapat di dalam tabung reaksi tercampur
secara merata dan larutan dapat berubah warna secara sempurna. Reaksi yang
terjadi adalah :
RCOONa + H2O RCOO-
+ NaOH
RCOO + H2O RCOOH + OH-
(Lemak) (basa)
Percobaan
ketiga adalah ketidakjenuhan lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat ketidakjenuhan lemak. Larutan yang digunakan pada percobaan ini adalah
eter, KMnO4, minyak. Fungsi dari larutan eter yaitu sebagai pelarut non-polar
untuk melarutkan minyak. Fungsi penambahan KMnO4 adalah untuk
oksidator yang memecah ikatan rangkap lemak (lemak tak jenuh) menjadi ikatan
tunggal (asam lemak jenuh).
Larutan pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sebelum ditambah KMnO4 berwarna
bening kekuningan. Setelah ditambah KMnO4 tetap berwarna bening
kekuningan dan terdapat endapan berwarna cokelat. Endapan tersebut adalah MnO2
sebagai indikasi adanya sifat ketidakjenuhan lemak, karena dari ikatan tak
jenuh mampu dioksidasi oleh KMnO4 menjadi ikatan tunggal yang
menghasilkan MnO4. Selain itu fungsi dari pengocokan yang dilakukan
dengan vortex agar larutan benar-benar bercampur, sehingga minyak terlarut
dalam eter. Reaksi yang terjadi adalah:
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH CH3(CH2)7CH-CH(CH2)7COOH
CH
CH
Pada
percobaan ketidakjenuhan lemak sudah sesuai dengan teori. Karena, menurut
Fessenden dan Fessenden (1982), reagensia permanganat merupakan uji bayer untuk
ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4)
berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan
MnO2 coklat.
Percobaan
yang keempat adalah emulsi lemak. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
sifat emulsi lemak. Untuk mengetahui sifat emulsi lemak larutan yang dibutuhkan
adalah minyak, aquades, dan larutan sabun. Fungsi dari larutan sabung yaitu
sebagai emulsifier. Menurut Sari dkk. (2010), sabun adalah senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menghilangkan dan mengusir kotoran
dan minyak. Setelah kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong
mencucinya karena struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang
bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik
(benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut
dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Pada tabung
reaksi pertama yang berisi aquades sebanyak 2 ml dan 5 tetes minyak sebelum didiamkan
berwarna bening. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi
yang berbentuk cekung. Pada tabung reaksi kedua yang berisi aquades sebanyak 2
ml, 5 tetes minyak, dan 2 ml larutan sabun sebelum didiamkan larutan berwarna
putih keruh. Setelah didiamkan beberapa saat pada larutan terbentuk emulsi yang
sedikit dan bentuknya menggumpal. Reaksi yang terjadi adalah:
C17H35COO-
+ OH- C17H35COOH
+ OH-
Percobaan yang kelima adalah pembuatan
asam minyak. Larutan yang digunakan adalah larutan sabun dan HCl pekat. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembutan asam minyak. Penambahan lautan
HCl pekat ini bertujuan untuk memisahkan minyak dengan sabun atau untuk
memutuskan ikatan rangkap pada asam minyak. Ion Cl- dari HCl akan
berikatan dengan ion Na+ dari larutan sabun. Pengocokan dengan
vortex bertujuan untuk menghomogenkan larutan supaya rantai rangkap asam minyak
benar-benar putus, selain itu untuk membebaskan asam-asam lemak dari
garam-garamnya. Setelah divortex, pada larutan akan terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas merupakan lemak yang teremulsi dan lapisan bawah adalah larutan
HCl. Pendiaman larutan selama beberapa saat bertujuan agar larutan membentuk emulsi
yang nantinya akan terlihat. Saat sabun ditambah asam kuat akan menghasilkan
asam lemak dan garam. Reaksi kimianya adalah :
C17H35COONa
+ HCl 2C17H35COOH
+ NaCl
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan Lemak yang
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dilihat
dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan garam dari asam lemak yang memiliki
rantai panjang. Garam ini terbentuk bila lemak atau minyak dipanaskan dengan
alkali sehingga gugus ester dari lemak tersebut dapat terkonversi menjadi
gliserol dan garam asam lemak.
2. Dengan
proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses
ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan enzim tertentu.
3. Apabila
pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan
sempurna yang ditunjukan dengan adanya endapan (emulsi). Lemak dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier. Hal ini dibuktikan dengan percobaan, dimana lemak hanya dapat teremulsi
dalam larutan emulsifier.
4. Ketidakjenuhan
lemak diujikan melalui percobaan, dimana membentuk endapan MnO2 yang
merupakan indikasi adanya asam leak menjadi jenuh dengan ikatan tunggal.
5. Proses
pembuatan asam minyak, akan dihasilkan pula asam minyak dapat dibentuk dari
pereaksian sabun dengan suatu senyawa asam tertentu.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, R. 2004.
Kimia Lingkungan Edisi 1. Andi
Offset, Yogyakarta.
Almatsier, S,
2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Day,
R.A. dan Underwood, A.L. 1989. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Deman, J.M.,
1997, Kimia Makanan. Penerbit ITB,
Bandung.
Fessenden,
R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia
Organik Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Fessenden,
R. J dan J. S. Fessenden. 1986. Kimia
Organik. Erlangga, Jakarta
Hadi, S., dan
Purba, M. 1991. Ilmu Kimia Karbon.
Erlangga, Jakarta.
Hart,
H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia
Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.
Ketaren,
S. 2008 . Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lehninger.1998.
Dasar-dasar Biokimia. Erlangga,
Jakarta.
Mantogomery,
R. 1993. Biokimia. UGM Press
Yogyakarta.
Marsidi,
R. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan. 2(1):1-10.
Moehji,
S. 1992. Ilmu Gizi. Bhratara,
Jakarta.
Naomi,
P., Gaol, A.M.L., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng
Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal
Teknik Kimia. 19(2):42-48.
Permono,
A. 2001. Pembuatan Sabun Mandi Padat.
Swadaya, Jakarta.
Poedjiadi, A.
1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press,
Jakarta.
Poedjiadi,
A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat.
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sari,
T.I., Kasih, J.P., dan Sari, T.J.N. 2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia.
17(1):28-33.
Sartika,
R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh , Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans
terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 2(4):154-160.
Sudarmadji,
S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Suhardjo.,
Kusharto, C.M. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu
Gizi. Kanisius, Yogyakarta.
Wilbraham,
C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Penerbit ITB, Bandung.
Winarno,
F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G.
1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta
Zulkifli,
M., dan Estiasih, T. 2014. Sabun dari Salisilat Asam Lemak Minyak Sawit: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
2(4):170-177.
Komentar
Posting Komentar