Laporan Praktikum Biokimia Air
I. PENDAHULUAN
A. Judul
Sifat Air
B. Tujuan
1. Mengenal dan menentukan sifat air
2. Menentukan kadar air
II. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O, artinya satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan suhu 273,15 K (0oC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena mampu melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan senyawa organik (Linsley, dkk., 1991)
Atom oksigen memiliki nilai keelektronegatifan yang sangat besar, sedangkan atom hidrogen memiliki nilaikeelektronegatifan paling kecil diantara unsur-unsur bukan logam. Hal ini selain menyebabkan sifat kepolaran air yang besar juga menyebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul air sedangkan ikatan yang menghubungkan atom oksigen dan dua atom hidrogen adalah ikatan kovalen. Ikatan hidrogen terjadi karena atom oksigen yang terikat dalam satu molekul air masih mampu mengadakan ikatan dengan atom hidrogen yang terikat dalam molekul air yang lain. Ikatan hidrogen inilah yang menyebabkan air memiliki sifat-sifat yang khas (Achmad, 2004).
Menurut Dugan (1972), air memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain. Sifat-sifat yang dimiliki air yaitu memiliki titik beku 0oC dan titik didih 100oC (jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan secara teoritis). Sehingga pada suhu sekitar 0oC sampai 100oC merupakan suhu yang sesuai untuk kehidupan, air berwujud cair.
Air mempunyai beberapa fungsi vital bagi tubuh, yaitu:
1. Pelarut dan alat angkut
Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi seperti monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral dan bahan-bahan lain seperti oksigen dan hormon. Disamping itu, air juga berfungsi sebagai pelarut dan mengangkut sisa sisa metabolisme seperti karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.
2. Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologis dalam sel, termasuk dalam saluran cerna; untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana.
3. Pelumas
Air berfungsi sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.4. Fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai zat pembangun)
5. Pengatur suhu
Air memiliki kemampuan untuk menyalurkan panas sehingga air berfungsi untuk mendistribusikan panas dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolism energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh 37oC yang merupakan suhu ideal untuk kerja enzim-enzim di dalam tubuh.
6. Keseimbangan pH (asam-basa)
Air merupakan komponen penting untuk menjaga keseimbangan pH (asam-basa), salah satu yang penting adalah sistem buffer yang melibatkan asam karbonat dan bikarbonat. Asam karbonat terbentuk ketika karbondioksida terlarut bereaksi dengan air (CO2 + H2O H2CO3). Asam karbonat akan terdisosiasi membentuk ion H+ dan HCO3- (bikarbonat). Ion H+ akan membantu meningkatkan keasaman dan menurunkan pH.
7. Cairan tubuh
Air merupakan komponen utama dari cairan tubuh. Carian ini mempunyai fungsi yang mekanis yang penting seperti absorpsi, pelumas, pembersih dan perlindungan. Sebagai contoh, cairan amniotic (air ketuban) sebagai pelindung janin, air mata sebagai pelumas dan pembersih mata, dan kelenjar ludah melembabkan dan memudahkan makanan untuk ditelan.
8. Peredam benturan
Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan.
Air juga dimanfaatkan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi dan transportasi. Air dibutuhkan organ tubuh untuk membantu terjadinya proses metabolisme, sistem asimilasi, keseimbangan cairan tubuh, proses pencernaan, pelarutan dan pengeluaran racun dari ginjal, sehingga kerja ginjal menjadi ringan (Chandra, B., 2007).
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid, 1993).
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetrik yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan , dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000). Beberapa cara untuk menetapkan kadar air suatu bahan makanan misalnya dengan metode pemanasan langsung dan dengan metode destilasi (Azeotroph). Metode destilasi menggunakan pelarut yang tidak bercampur dalam air dan mempunyai titik didih sedikit diatas titik didih air, sehingga ketika dilakukan destilasi, air akan terkumpul dan jatuh dalam tabung Aufhauser. Hal ini dapat terjadi karena berat jenis air lebih besar dari pada berat jenis pelarut. Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya tergantung pada sifat bahan. Misalnya:
1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatil (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah daripada berat jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer,dsb (Winarno, 1997)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman. 1, 10-12.
Dugan, P.R, 1972. Biochemical Ecology Of Water Pollution. New York. Plenum Press.
Linsley, Ray K., & Franzini, Joseph B. 1991. Teknik Sumber Daya Air. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Syarif dan Halid. 1993. Kadar Air Basis Basah dan Basis Kering. http://blog.ub.ac.id/nawaby. 23 Agustus 2016.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta.
A. Judul
Sifat Air
B. Tujuan
1. Mengenal dan menentukan sifat air
2. Menentukan kadar air
II. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O, artinya satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan suhu 273,15 K (0oC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena mampu melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan senyawa organik (Linsley, dkk., 1991)
Atom oksigen memiliki nilai keelektronegatifan yang sangat besar, sedangkan atom hidrogen memiliki nilaikeelektronegatifan paling kecil diantara unsur-unsur bukan logam. Hal ini selain menyebabkan sifat kepolaran air yang besar juga menyebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul air sedangkan ikatan yang menghubungkan atom oksigen dan dua atom hidrogen adalah ikatan kovalen. Ikatan hidrogen terjadi karena atom oksigen yang terikat dalam satu molekul air masih mampu mengadakan ikatan dengan atom hidrogen yang terikat dalam molekul air yang lain. Ikatan hidrogen inilah yang menyebabkan air memiliki sifat-sifat yang khas (Achmad, 2004).
Menurut Dugan (1972), air memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain. Sifat-sifat yang dimiliki air yaitu memiliki titik beku 0oC dan titik didih 100oC (jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan secara teoritis). Sehingga pada suhu sekitar 0oC sampai 100oC merupakan suhu yang sesuai untuk kehidupan, air berwujud cair.
Air mempunyai beberapa fungsi vital bagi tubuh, yaitu:
1. Pelarut dan alat angkut
Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi seperti monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral dan bahan-bahan lain seperti oksigen dan hormon. Disamping itu, air juga berfungsi sebagai pelarut dan mengangkut sisa sisa metabolisme seperti karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.
2. Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologis dalam sel, termasuk dalam saluran cerna; untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana.
3. Pelumas
Air berfungsi sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.4. Fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai zat pembangun)
5. Pengatur suhu
Air memiliki kemampuan untuk menyalurkan panas sehingga air berfungsi untuk mendistribusikan panas dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolism energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh 37oC yang merupakan suhu ideal untuk kerja enzim-enzim di dalam tubuh.
6. Keseimbangan pH (asam-basa)
Air merupakan komponen penting untuk menjaga keseimbangan pH (asam-basa), salah satu yang penting adalah sistem buffer yang melibatkan asam karbonat dan bikarbonat. Asam karbonat terbentuk ketika karbondioksida terlarut bereaksi dengan air (CO2 + H2O H2CO3). Asam karbonat akan terdisosiasi membentuk ion H+ dan HCO3- (bikarbonat). Ion H+ akan membantu meningkatkan keasaman dan menurunkan pH.
7. Cairan tubuh
Air merupakan komponen utama dari cairan tubuh. Carian ini mempunyai fungsi yang mekanis yang penting seperti absorpsi, pelumas, pembersih dan perlindungan. Sebagai contoh, cairan amniotic (air ketuban) sebagai pelindung janin, air mata sebagai pelumas dan pembersih mata, dan kelenjar ludah melembabkan dan memudahkan makanan untuk ditelan.
8. Peredam benturan
Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan.
Air juga dimanfaatkan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi dan transportasi. Air dibutuhkan organ tubuh untuk membantu terjadinya proses metabolisme, sistem asimilasi, keseimbangan cairan tubuh, proses pencernaan, pelarutan dan pengeluaran racun dari ginjal, sehingga kerja ginjal menjadi ringan (Chandra, B., 2007).
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid, 1993).
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetrik yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan , dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000). Beberapa cara untuk menetapkan kadar air suatu bahan makanan misalnya dengan metode pemanasan langsung dan dengan metode destilasi (Azeotroph). Metode destilasi menggunakan pelarut yang tidak bercampur dalam air dan mempunyai titik didih sedikit diatas titik didih air, sehingga ketika dilakukan destilasi, air akan terkumpul dan jatuh dalam tabung Aufhauser. Hal ini dapat terjadi karena berat jenis air lebih besar dari pada berat jenis pelarut. Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya tergantung pada sifat bahan. Misalnya:
1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatil (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah daripada berat jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer,dsb (Winarno, 1997)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman. 1, 10-12.
Dugan, P.R, 1972. Biochemical Ecology Of Water Pollution. New York. Plenum Press.
Linsley, Ray K., & Franzini, Joseph B. 1991. Teknik Sumber Daya Air. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Syarif dan Halid. 1993. Kadar Air Basis Basah dan Basis Kering. http://blog.ub.ac.id/nawaby. 23 Agustus 2016.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar