Laporan praktikum kimia analisis instrument mikroskop
I. PENDAHULUAN
A. Judul
Mikroskop
B. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja mikroskop.
2. Memahami cara penggunaan mikroskop.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan percobaan, berikut adalah hasil pengamatan mikroskop trinokuler
Gambar Alat
No
Nama Komponen
Fungsi
1 Kondensor
Mengumpulkan cahaya
2 LCD
Melihat preparat yang diamati
3 Lensa objektif
Meneruskan bayangan ke lensa okuler
4 Lensa okuler
Melihat bayangan yang diteruskan lensa objektif
5 Kamera
Meneruskan bayang untuk ditampilkan di LCD
6 Kaki
Menopang badan mikroskop
7 Makrometer
Menaikan dan menurunkan meja objek dan memfokuskan bayangan yang dihasilkan
8 Mikrometer
mempertajam fokus.
9 Knob atas
menggerakkan meja objek ke kanan atau ke kiri
10 Knob bawah
menggerakkan penjepit sehingga preparat bisa digerakkan.
11 Tombol on/off
menyalakan sumber cahaya (lampu) ketika sudah terhubung ke listrik
12 Knob pengatur intensitas cahaya
mengatur intensitas cahaya
13 Buluh teropong
menghubungkan lensa okuler yang berhubungan dengan mata ke lensa objektif.
14 Adaptor
menghubungkan lensa okuler dengan kamera
15 Penjepit
Menjaga preparat tetap pada tempatnya
Beberapa keterangan tambahan mengenai komponen yang berada pada mikroskop, yaitu :
1. Lensa objektif: Terletak dekat dengan objek (di antara meja objek dan revolver). Lensa ini mempunyai 4 tipe perbesaran yaitu 4x, 10x, 40x, dan 100x dan untuk mengamati dengan kamera biasanya digunakan perbesaran yang paling besar yaitu 100x. Sifat bayangan yang dihasilkan yaitu nyata, tegak, diperbesar.
2. Lensa okuler: Lensa yang berhubungan dengan mata, dan digunakan perbesaran 10x. Sifat bayangan yang dihasilkan adalah maya, tegak, diperbesar.
3. Knob pengatur intensitas cahaya: Untuk mengatur intensitas cahaya. Rentang intensitas cahayanya adalah 1-6, namun biasanya dipakai yang paling maksimum yaitu 6.
Di luar bagian optis dan mekanis terdapat dua komponen lain yaitu lampu yang berfungsi sebagai sumber cahaya dan penghubung ke sumber listrik.
B. Pembahasan
Mikroskop masuk ke dalam pembahasan kimia analisa instrument karena sering digunakan untuk menganalisis suatu sample. Mikroskop adalah alat untuk membantu mengamati objek yang sangat kecil karena kemampuannya yang kuat untuk memperbesar objek. Mikroskop dapat digunakan dalam bidang sains dan pendidikan, misalnya untuk evaluasi sifat objek, kegiatan medis, kontrol kualitas, penelitian lapisan tipis, dan analisis biomedik. Kebanyakan mikroskop yang digunakan di Indonesia adalah mikroskop non digital. Operasi dari mikroskop analog mengharuskan pengguna untuk menentukan kombinasi lensa secara tepat agar mendapatkan pengaturan fokus dan perbesaran yang sesuai agar pengamatan objeknya menjadi jelas dan tajam (Hartati dkk., 2011).
Terdapat beberapa jenis mikroskop yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Mikroskop Cahaya (Light Microscope)
Mikroskop yang pertama kali digunakan oleh para saintis Renaisans, dan juga merupakan mikroskop yang anda gunakan di laboratorium, adalah mikroskop cahaya (light microscope, LM). Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum sebesar 1000 kali. Cahaya tampak dilewatkan melalui spesimen dan kemudian menembus melalui lensa kaca. Lensa ini merefraksi (membelokkan) cahaya sedemikian rupa sehingga bayangan spesimen diperbesar sewaktu bayangan itu diproyeksikan ke mata kita (Campbell dkk., 2002).
2. Mikroskop Stereo (Stereo Microscope)
Mikroskop jenis ini biasanya dipakai untuk mengamati benda yang tebal maupun tipis, transparan maupun tidak tembus cahaya. Penyinaran biasanya dari atas (reflected illumination), tetapi dapat pula diatur penyinarannya dari bawah. Mikroskop stereo dibuat agar dapat mengamati bayangan secara tiga dimensi dan tidak terbalik. Daya resolusi relatif lemah dengan lapangan pemandangan yang luas. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali (Gabriel, 1996).
3. Mikroskop Fluoresensi (Fluoresence Microscope)
Mikroskop ini dibuat secara khusus agar dapat mendeteksi ikatan kimia di antara substansi tertentu. Mikroskop jenis ini dapat digunakan untuk mengetahui reaksi antigen-antibodi. Bahan yang diamati adalah serum yang disebut imunne serum atau anti serum (Gabriel, 1996).
4. Mikroskop Fase Kontras (Phase Contrast Microscope)
Banyak spesimen biologi yang mati dan dicat, baru dapat dilihat di bawah mikroskop, sehingga Fritz Zernike membuat mikroskop fase kontras agar dapat mengamati biologis yang masih hidup di bawah mikroskop ini. Hal ini berdasarkan teori cahaya yang menjalar dalam bentuk gelombang sinus, mempunyai amplitudo dan panjang, sedangkan mata sensitif terhadap panjang gelombang cahaya (pengamatan warna) dan amplitudo (mengenai gelap dan terang). Misalkan ada dua berkas cahaya yang datang dalam satu fase, maka pada layar akan tampak terang, sedangkan dua berkas sinar yang datang tidak dalam satu fase maka pada layar tidak tampak cahaya (Gabriel, 1996).
5. Mikroskop Interferensi (Interference Microscope)
Mikroskop interferensi adalah pengembangan lanjutan dari mikroskop fase kontras. Pada mikroskop interferensi, dua berkas sinar yang dipakai, yang satu melewati spesimen (material) yang satu tidak. Sinar yang melewati spesimen akan dideviasi seperti pada mikroskop fase kontras, sedangkan sinar yang tidak melewati spesimen, berkas cahaya ini disebut “reference beam” atau berkas pembanding (Gabriel, 1996).
6. Mikroskop Elektron (Electron Microscope)
Menurut Utami (2007), ada dua jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu Transmission Electron Microscop (TEM) dan Scanning Electron Microscop (SEM).
a. TEM (Transmission Electron Microscop)
TEM bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis sampel, selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang menembus lapisan tipis tersebut. Dari sifat pantulan sinar elektron tersebut, dapat diketahui struktur kristal tersebut. Bahkan, dari analisis lebih detail dapat diketahui deretan struktur atom dan ada tidaknya cacat (defect) pada struktur tersebut.
Dalam observasi TEM ini, sampel perlu ditipiskan sampai ketebalan lebih tipis dari 100 nanometer. Objek yang tidak dapat ditipiskan sampai orde tersebut, sulit diproses oleh TEM ini. Dalam pembuatan komponen elektronika, TEM sering digunakan untuk mengamati penampang/irisan komponen dan sifat kristal pada benda tersebut.
b. SEM (Scanning Electron Microscop)
SEM bekerja berdasarkan prinsip scan elektron pada permukaan sampel, selanjutnya informasi yang diperoleh diubah menjadi gambar. Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optik dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi, kemudian sinyalnya diperkuat, besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Pada layar CRT inilah, gambar struktur objek yang sudah diperbesar dapat terlihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga dapat digunakan untuk melihat objek dari sudut pandang tiga dimensi.
Pada sebuah mikroskop, cahaya masuk ke lensa objektif. Benda yang diamati diletakkan diruang II (antara F dan 2F) sehingga lensa objektif dapat membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. Kedudukan lensa okuler telah diatur sehingga benda bagi lensa okuler terletak diantara fokus utama dan pusat optik dari lensa okuler. Hal ini membuat lensa okuler dapat berperan sebagai lup yang menghasilkan bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar (Kholifatun, 2012).
Mikroskop trinokuler adalah mikroskop yang mempunyai 3 lensa, 2 sebagai lensa okuler untuk mata dan 1 lensa untuk kamera. Dalam proses fotografi mikro, idealnya adalah menggunakan mikroskop dengan tambahan kamera digital sehingga dapat menyimpan foto preparat. Mikroskop trinokuler menyediakan fasilitas 1 tabung ekstra untuk fotografi mikro secara simultan (Gupta, 2015). Kamera yang akan dipasang diletakkan secara vertikal dengan lensa mata pada mikroskop trinokuler. Cara ini termasuk mudah, namun kekurangannya adalah resolusi gambar yang dilihat pada layar kamera kecil, yaitu hanya 640x480 pixels (Thompson, 2012).
Prinsip kerja dari mikroskop adalah dari cahaya lampu dibiaskan oleh lensa kondensor. Setelah melewati lensa kondensor, cahaya diatur intensitasnya oleh diafragma, lalu sinar mengenai spesimen dan diteruskan ke lensa objektif. Lensa objektif ini merupakan bagian yang paling penting dari mikroskop karena dari lensa ini dapat diketahui perbesaran yang dilakukan mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa objektif ditangkap oleh lensa okuler dan diteruskan pada mata atau kamera (Respati, 2008).
Dalam menggunakan mikroskop trinokuler Olympus CX41 untuk mengamati preparat terdiri dari beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Mikroskop sebelumnya dipastikan telah terhubung dengan sumber listrik.
2. Setelah terhubung, tombol on ditekan dan kamera akan menyala secara otomatis.
3. Spesimen/preparat yang akan diamati diletakkan pada meja objek dan dijepit menggunakan penjepit agar tidak bergeser. Bila diperlukan, kita dapat menggunakan knob atas untuk menggeser meja objek dan knob bawah untuk menggerakkan penjepit.
4. Lensa okuler yang digunakan adalah perbesaran 10x, dan lensa objektif diputar menggunakan revolver hingga ke perbesaran 100x.
5. Fokus diatur menggunakan makrometer. Bila fokus sudah tercapai, maka dapat diperhalus/dipertajam dengan menggunakan mikrometer.
6. Intensitas cahaya dari lampu diatur, dan biasanya menggunakan yang maksimum yaitu 6.
7. Bila sudah dapat mengamati gambar secara jelas, kita dapat mengamatinya lewat kamera atau layar LCD, kemudian di-capture.
Kelebihan dari mikroskop trinokuler yaitu memudahkan kita untuk mengamati, ada pengaturan intensitas cahaya, hasil pengamatan bisa disimpan. Kekurangan dari mikroskop trinokuler yaitu mahal, bergantung pada listrik, prawatan susah, berat.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Prinsip kerja dari mikroskop adalah cahaya lampu dibiaskan oleh lensa kondensor, setelah itu cahaya diatur intensitasnya oleh diafragma, lalu sinar mengenai spesimen dan diteruskan ke lensa objektif. Lensa objektif memperbesar bayangan objek, lalu bayangan diteruskan oleh lensa objektif ke lensa okuler dan diteruskan pada mata atau kamera.
2. Cara penggunaan dari mikroskop trinokuler adalah mikroskop dihubungkan ke sumber listrik, lalu mikroskop menyala secara otomatis. Preparat diletakkan di meja objek, diatur fokusnya dengan makrometer, lalu bayangan dipertajam dengan mikrometer. Gambar diamati lewat kamera atau LCD lalu di-capture.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L. G. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi 5. Erlangga, Jakarta.
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. EGC, Jakarta.
Gupta, N. dan Gupta, K. M. 2015. Advanced Electrical and Electronics Materials: Process and Applications. Wiley, New York.
Hartati, S. Harjoko, A. dan Supardi, T. W. 2011. The Digital Microscope and Its Image Processing Utility. Jurnal Telkomnika 9(3): 565-574.
Kholifatun, C. 2012. Penyusunan E-Module Pembelajaran IPA Terpadu Tema “Mikroskop Cahaya Sebagai Alat untuk Mempelajari Organisasi Kehidupan’ dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Peserta Didik SMP Kelas VII. Naskah Skripsi S-1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Respati, S. M. B. 2008. Macam-macam Mikroskop dan Cara Penggunaan. Jurnal Momentum 4(2): 42-44.
Thompson, R. B. dan Thompson, B. F. 2012. Illustrated Guide to Home Biology Experiments. O’Reilly Media, California.
Utami, H. P. 2007. Mengenal Cahaya dan Optik. Ganeca Exact, Jakarta.
A. Judul
Mikroskop
B. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja mikroskop.
2. Memahami cara penggunaan mikroskop.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan percobaan, berikut adalah hasil pengamatan mikroskop trinokuler
Gambar Alat
No
Nama Komponen
Fungsi
1 Kondensor
Mengumpulkan cahaya
2 LCD
Melihat preparat yang diamati
3 Lensa objektif
Meneruskan bayangan ke lensa okuler
4 Lensa okuler
Melihat bayangan yang diteruskan lensa objektif
5 Kamera
Meneruskan bayang untuk ditampilkan di LCD
6 Kaki
Menopang badan mikroskop
7 Makrometer
Menaikan dan menurunkan meja objek dan memfokuskan bayangan yang dihasilkan
8 Mikrometer
mempertajam fokus.
9 Knob atas
menggerakkan meja objek ke kanan atau ke kiri
10 Knob bawah
menggerakkan penjepit sehingga preparat bisa digerakkan.
11 Tombol on/off
menyalakan sumber cahaya (lampu) ketika sudah terhubung ke listrik
12 Knob pengatur intensitas cahaya
mengatur intensitas cahaya
13 Buluh teropong
menghubungkan lensa okuler yang berhubungan dengan mata ke lensa objektif.
14 Adaptor
menghubungkan lensa okuler dengan kamera
15 Penjepit
Menjaga preparat tetap pada tempatnya
Beberapa keterangan tambahan mengenai komponen yang berada pada mikroskop, yaitu :
1. Lensa objektif: Terletak dekat dengan objek (di antara meja objek dan revolver). Lensa ini mempunyai 4 tipe perbesaran yaitu 4x, 10x, 40x, dan 100x dan untuk mengamati dengan kamera biasanya digunakan perbesaran yang paling besar yaitu 100x. Sifat bayangan yang dihasilkan yaitu nyata, tegak, diperbesar.
2. Lensa okuler: Lensa yang berhubungan dengan mata, dan digunakan perbesaran 10x. Sifat bayangan yang dihasilkan adalah maya, tegak, diperbesar.
3. Knob pengatur intensitas cahaya: Untuk mengatur intensitas cahaya. Rentang intensitas cahayanya adalah 1-6, namun biasanya dipakai yang paling maksimum yaitu 6.
Di luar bagian optis dan mekanis terdapat dua komponen lain yaitu lampu yang berfungsi sebagai sumber cahaya dan penghubung ke sumber listrik.
B. Pembahasan
Mikroskop masuk ke dalam pembahasan kimia analisa instrument karena sering digunakan untuk menganalisis suatu sample. Mikroskop adalah alat untuk membantu mengamati objek yang sangat kecil karena kemampuannya yang kuat untuk memperbesar objek. Mikroskop dapat digunakan dalam bidang sains dan pendidikan, misalnya untuk evaluasi sifat objek, kegiatan medis, kontrol kualitas, penelitian lapisan tipis, dan analisis biomedik. Kebanyakan mikroskop yang digunakan di Indonesia adalah mikroskop non digital. Operasi dari mikroskop analog mengharuskan pengguna untuk menentukan kombinasi lensa secara tepat agar mendapatkan pengaturan fokus dan perbesaran yang sesuai agar pengamatan objeknya menjadi jelas dan tajam (Hartati dkk., 2011).
Terdapat beberapa jenis mikroskop yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Mikroskop Cahaya (Light Microscope)
Mikroskop yang pertama kali digunakan oleh para saintis Renaisans, dan juga merupakan mikroskop yang anda gunakan di laboratorium, adalah mikroskop cahaya (light microscope, LM). Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum sebesar 1000 kali. Cahaya tampak dilewatkan melalui spesimen dan kemudian menembus melalui lensa kaca. Lensa ini merefraksi (membelokkan) cahaya sedemikian rupa sehingga bayangan spesimen diperbesar sewaktu bayangan itu diproyeksikan ke mata kita (Campbell dkk., 2002).
2. Mikroskop Stereo (Stereo Microscope)
Mikroskop jenis ini biasanya dipakai untuk mengamati benda yang tebal maupun tipis, transparan maupun tidak tembus cahaya. Penyinaran biasanya dari atas (reflected illumination), tetapi dapat pula diatur penyinarannya dari bawah. Mikroskop stereo dibuat agar dapat mengamati bayangan secara tiga dimensi dan tidak terbalik. Daya resolusi relatif lemah dengan lapangan pemandangan yang luas. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali (Gabriel, 1996).
3. Mikroskop Fluoresensi (Fluoresence Microscope)
Mikroskop ini dibuat secara khusus agar dapat mendeteksi ikatan kimia di antara substansi tertentu. Mikroskop jenis ini dapat digunakan untuk mengetahui reaksi antigen-antibodi. Bahan yang diamati adalah serum yang disebut imunne serum atau anti serum (Gabriel, 1996).
4. Mikroskop Fase Kontras (Phase Contrast Microscope)
Banyak spesimen biologi yang mati dan dicat, baru dapat dilihat di bawah mikroskop, sehingga Fritz Zernike membuat mikroskop fase kontras agar dapat mengamati biologis yang masih hidup di bawah mikroskop ini. Hal ini berdasarkan teori cahaya yang menjalar dalam bentuk gelombang sinus, mempunyai amplitudo dan panjang, sedangkan mata sensitif terhadap panjang gelombang cahaya (pengamatan warna) dan amplitudo (mengenai gelap dan terang). Misalkan ada dua berkas cahaya yang datang dalam satu fase, maka pada layar akan tampak terang, sedangkan dua berkas sinar yang datang tidak dalam satu fase maka pada layar tidak tampak cahaya (Gabriel, 1996).
5. Mikroskop Interferensi (Interference Microscope)
Mikroskop interferensi adalah pengembangan lanjutan dari mikroskop fase kontras. Pada mikroskop interferensi, dua berkas sinar yang dipakai, yang satu melewati spesimen (material) yang satu tidak. Sinar yang melewati spesimen akan dideviasi seperti pada mikroskop fase kontras, sedangkan sinar yang tidak melewati spesimen, berkas cahaya ini disebut “reference beam” atau berkas pembanding (Gabriel, 1996).
6. Mikroskop Elektron (Electron Microscope)
Menurut Utami (2007), ada dua jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu Transmission Electron Microscop (TEM) dan Scanning Electron Microscop (SEM).
a. TEM (Transmission Electron Microscop)
TEM bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis sampel, selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang menembus lapisan tipis tersebut. Dari sifat pantulan sinar elektron tersebut, dapat diketahui struktur kristal tersebut. Bahkan, dari analisis lebih detail dapat diketahui deretan struktur atom dan ada tidaknya cacat (defect) pada struktur tersebut.
Dalam observasi TEM ini, sampel perlu ditipiskan sampai ketebalan lebih tipis dari 100 nanometer. Objek yang tidak dapat ditipiskan sampai orde tersebut, sulit diproses oleh TEM ini. Dalam pembuatan komponen elektronika, TEM sering digunakan untuk mengamati penampang/irisan komponen dan sifat kristal pada benda tersebut.
b. SEM (Scanning Electron Microscop)
SEM bekerja berdasarkan prinsip scan elektron pada permukaan sampel, selanjutnya informasi yang diperoleh diubah menjadi gambar. Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optik dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi, kemudian sinyalnya diperkuat, besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Pada layar CRT inilah, gambar struktur objek yang sudah diperbesar dapat terlihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga dapat digunakan untuk melihat objek dari sudut pandang tiga dimensi.
Pada sebuah mikroskop, cahaya masuk ke lensa objektif. Benda yang diamati diletakkan diruang II (antara F dan 2F) sehingga lensa objektif dapat membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. Kedudukan lensa okuler telah diatur sehingga benda bagi lensa okuler terletak diantara fokus utama dan pusat optik dari lensa okuler. Hal ini membuat lensa okuler dapat berperan sebagai lup yang menghasilkan bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar (Kholifatun, 2012).
Mikroskop trinokuler adalah mikroskop yang mempunyai 3 lensa, 2 sebagai lensa okuler untuk mata dan 1 lensa untuk kamera. Dalam proses fotografi mikro, idealnya adalah menggunakan mikroskop dengan tambahan kamera digital sehingga dapat menyimpan foto preparat. Mikroskop trinokuler menyediakan fasilitas 1 tabung ekstra untuk fotografi mikro secara simultan (Gupta, 2015). Kamera yang akan dipasang diletakkan secara vertikal dengan lensa mata pada mikroskop trinokuler. Cara ini termasuk mudah, namun kekurangannya adalah resolusi gambar yang dilihat pada layar kamera kecil, yaitu hanya 640x480 pixels (Thompson, 2012).
Prinsip kerja dari mikroskop adalah dari cahaya lampu dibiaskan oleh lensa kondensor. Setelah melewati lensa kondensor, cahaya diatur intensitasnya oleh diafragma, lalu sinar mengenai spesimen dan diteruskan ke lensa objektif. Lensa objektif ini merupakan bagian yang paling penting dari mikroskop karena dari lensa ini dapat diketahui perbesaran yang dilakukan mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa objektif ditangkap oleh lensa okuler dan diteruskan pada mata atau kamera (Respati, 2008).
Dalam menggunakan mikroskop trinokuler Olympus CX41 untuk mengamati preparat terdiri dari beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Mikroskop sebelumnya dipastikan telah terhubung dengan sumber listrik.
2. Setelah terhubung, tombol on ditekan dan kamera akan menyala secara otomatis.
3. Spesimen/preparat yang akan diamati diletakkan pada meja objek dan dijepit menggunakan penjepit agar tidak bergeser. Bila diperlukan, kita dapat menggunakan knob atas untuk menggeser meja objek dan knob bawah untuk menggerakkan penjepit.
4. Lensa okuler yang digunakan adalah perbesaran 10x, dan lensa objektif diputar menggunakan revolver hingga ke perbesaran 100x.
5. Fokus diatur menggunakan makrometer. Bila fokus sudah tercapai, maka dapat diperhalus/dipertajam dengan menggunakan mikrometer.
6. Intensitas cahaya dari lampu diatur, dan biasanya menggunakan yang maksimum yaitu 6.
7. Bila sudah dapat mengamati gambar secara jelas, kita dapat mengamatinya lewat kamera atau layar LCD, kemudian di-capture.
Kelebihan dari mikroskop trinokuler yaitu memudahkan kita untuk mengamati, ada pengaturan intensitas cahaya, hasil pengamatan bisa disimpan. Kekurangan dari mikroskop trinokuler yaitu mahal, bergantung pada listrik, prawatan susah, berat.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Prinsip kerja dari mikroskop adalah cahaya lampu dibiaskan oleh lensa kondensor, setelah itu cahaya diatur intensitasnya oleh diafragma, lalu sinar mengenai spesimen dan diteruskan ke lensa objektif. Lensa objektif memperbesar bayangan objek, lalu bayangan diteruskan oleh lensa objektif ke lensa okuler dan diteruskan pada mata atau kamera.
2. Cara penggunaan dari mikroskop trinokuler adalah mikroskop dihubungkan ke sumber listrik, lalu mikroskop menyala secara otomatis. Preparat diletakkan di meja objek, diatur fokusnya dengan makrometer, lalu bayangan dipertajam dengan mikrometer. Gambar diamati lewat kamera atau LCD lalu di-capture.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L. G. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi 5. Erlangga, Jakarta.
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. EGC, Jakarta.
Gupta, N. dan Gupta, K. M. 2015. Advanced Electrical and Electronics Materials: Process and Applications. Wiley, New York.
Hartati, S. Harjoko, A. dan Supardi, T. W. 2011. The Digital Microscope and Its Image Processing Utility. Jurnal Telkomnika 9(3): 565-574.
Kholifatun, C. 2012. Penyusunan E-Module Pembelajaran IPA Terpadu Tema “Mikroskop Cahaya Sebagai Alat untuk Mempelajari Organisasi Kehidupan’ dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Peserta Didik SMP Kelas VII. Naskah Skripsi S-1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Respati, S. M. B. 2008. Macam-macam Mikroskop dan Cara Penggunaan. Jurnal Momentum 4(2): 42-44.
Thompson, R. B. dan Thompson, B. F. 2012. Illustrated Guide to Home Biology Experiments. O’Reilly Media, California.
Utami, H. P. 2007. Mengenal Cahaya dan Optik. Ganeca Exact, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar